Monday, January 21, 2019

MAKALAH PESIKOLOGI TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA


MAKALAH PESIKOLOGI TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Allah telah melengkapi manusia dengan berbagai sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan baik. Segala kelengkapan itu sebelumnya masih bersifat potensial, melalui berbagai tahapan perkembangan. Setelah terlahir ke dunia, manusia akan sangat bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan mengembangkan potensinya itu. Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan. Karena itu dalam hal apapun manusia masih memerlukan pendidikan.
Potensi yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya secara sempurna tanpa adanya bantuan dari pihak lain sekalipun potensi yang dimilikinya bersifat aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak terus menerus sesuai dengan pengaruh yang diperolehnya. Intensitas pengaruh tersebut sangat bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang diperolehnya yang kemudian menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Teori Potensi Perkembangan Manusia ?
2.      Apa Pengertian Potensi ?
3.      Faktor-Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Pengembangan Potensi?



BAB II
                                                             PEMBAHASAN

2.1 Tiga Teori Dalam Proses Perkembangan Potensi.
Pertama, teori “Nativisme”dengan tokoh utamanya ialah Schopenhauer dan tokoh lainnya yang masih termasuk aliran ini adalah plato, Descartes, Lombroso. Menurut pendapat aliran ini secara ekstrim menyatakan bahwa perkembangan manusia itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor pembawaan atau faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli yang berpendirian nativis biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-ananknya.
Kemiripan atau kesamaan antara orang tua dengan anak-anaknya memang banyak terjadi,akan tetapi yang perlu diragukan apakah benar kesamaan/kemiripan yang ada pada orang tua dan anaknya itu benar-benar senata berdasarkan pembawaan yang dibawa sejak lahir?atau mungkin juga terjadi karena dorongan,rangsangan atau pengaruh dan fasilitas di luar faktor pembawaan? Bagi kaum nativis akan tetap pada pendiriannya,karena menurut anggapan mereka perkembangan hanyalah mewujudkan unsur pembawaan semata-mata.
Dengan demikian faktor lingkungan atau pendidikan menurut aliran ini tidak bisa berbuat apa-apa dalam mempengaruhi perkembangan seseorang. Dalam ilmu pendidikan aliran ini dikenal sebagai aliran”Pedagogik Pessimisme” yaitu pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan anak kearaah kedewasaan yang dikehendaki oleh pendidikan.
Kedua, teori “empirisme” paham empirisme ini tokoh utamanya ialah john locke. Teori ini secara ekstrim menekankan kepada pengaruh lingkungan. Menurut teori ini,lingkunganlah yang menjadi penentu perkembangan seseorang baik buruknya perkembangan pribadi seseorang sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan.[1]



Jadi,teori ini membawa faktro pembawaan tidak berperan sama sekali dalam proses perkembangan manusia. Menurut pendapat kaum eimpiris lingkungan lah yang menentukan  perkembangan pribadi seseorang. Oleh karena itu dalam ilmu pendidikan aliran ini disebut dengan aliran pendidikan ”Pedagogik Optimisme” artinya pendidikan berperan untuk membentuk atau mengembangkan pribadi seseorang.
Namun, teori empirisme ini tidak dapat kita pertahankan, karena apabila benar lingkungan itu menentukan sepenuhnya bagi perkembangan seseorang, maka orang yang tinggal di lingkungan pesantren sudah pasti akan menjadi santri semua, demikian pula orang yang tinggal di dekat masjid akan selalu sholat di masjid,  tetapi kenyataannya yang terjadi tidak demikian adanya, inilah mengapa teori empirisme ini tidak dapat dipertahankan.
Ketiga, teori “konvergensi” yaitu teori yang menengahi kedua teori atau paham nativisme dan empirisme yang bersifat ekstrim.
Sesuai dengan namanya konvergensi yang artinya perpaduan, maka berarti teori ini tidak memihak bahkan memedukan pengaruh kedua unsur pembawaan dan lingkungan terebut dalam proses perkembangan. Menurut teori ini baik unsur pembawaan maupun unsur lingkungan kedua-duanya sama-sama merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi perkembangan seseorang. Misalnya seseorang yang berbakat musik tidak akan berkembang menjadi seorang ahli musik apabila tidak ditunjang oleh lingkungan atau pendidikan yang memadai.
Demikian pula halnya seorang anak yang tidak mempunyai bakat musik tidak akan menjadi ahli musik walaupun anak itu diberikan fasilitas dan kondisi pendidikan yang sangat memadai sekalipun, ia hanya akan menjadi orang yang tahu musik saja. Jadi, perkembangan seseorang menurut teori konvergensi ini akan dipengaruhi secara seimbang oleh kedua faktor: pembawaan dan lingkungan pendidikan.
Teori konvergensi inilah yang hingga sekarang masih teruji dan dapat dipertahankan kebenaran pendapatnya melalui penelitian psikologi perkembangan, sehingga teori ini statusnya meningkat menjadi hukum perkembangan.[2]


2.2   Pengertian Potensi
Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potencial. Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut KBBI potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya.Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan.
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Dengan demikian potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Menurut Endra K Pihadhi potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal.Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah.
Sedangkan Sri Habsari menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.[3]
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Potensi.
Menurut Lusi Nuryanti (Psikologi anak, 2008:56), Potensi anak adalah segala yang dimiliki anak untuk memungkinkannya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi anak adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang anak yang unik dan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Reni akbar-hawadi (2001), Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi anak dibagi menjadi dua bagian yakni:
    Faktor internal meliputi:
a.    Taraf kecerdasan menunjukkan kemampuan berpikir anak, kemampuan menggunakan nalar, dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan logika.
b.    Konsep diri menunjukkan cara seseorang memandang dirinya sendiri dan kemampuannya.
c.    Motivasi berprestasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk meraih yang terbaik bidang tertentu, khususnya bidang akademik.
d.    Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan.
e.    Bakat adalah kapasitas untuk belajar dan baru akan muncul setelah melalui proses latihan dan usaha pengembangan.
f.    Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap  objek tertentu yang berguna ataupun tidak bag dirinya.
g.    Sistem nilai adalah keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan hasil akhir yang diinginkannya dari tingkah lakunya.
    Faktor Eksternal meliputi:
a.    Lingkungan Keluarga meliputi keluarga inti (ayah,ibu,dan anak-anaknya) dan keluarga besar (kakek-nenek, paman-tante, kemenakan, dan sepupu).
b.    Lingkungan Sekolah adalah lingkungan dimana seorang anak menimba ilmu dan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan guru.
c.    Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana seorang anak itu tinggal, disini seorang anak akan berinteraksi dengan berbagai jenis karakter orang.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki perananya masing-masing dalam mengoptimalkan potensi anak. Dan peran seorang guru disini juga memiliki peran yang penting yakni mengembangkan situasi belajar yang menyenangkan tanpa membebani anak diluar kemampuannya, memberikan tugas sesuai kemampuan anak, menciptakan suasana yang penuh penghargaan sehingga anak mengembangkan potensinya dengan penuh percaya diri, dan tentunya menjalin komunikasi yang baik dengan para orang tua agar guru yang berada disekolah dan orang tua yang menjadi guru anak dirumah bisa bersinergi untuk mengembangkan potensi anak.[4]
BAB III
                                                            PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada 3 teori yang dalam proses perkembangan potensi yaitu teori Nativisme, Empirisme, dan Konvegerensi. Teori Nativisme secara ekstrim menekankan kepada factor pembawaan, teori Empirisme dengan ekstrim menekankan pada faktor lingkungan, sedangkan teori konveregensi memadukan secara seimbang kedua faktor pembawaan dan lingkungan sama pengaruhnya terhadap perkembangan manusia.
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Dengan demikian potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Menurut Lusi Nuryanti Potensi anak adalah segala yang dimiliki anak untuk memungkinkannya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Lalu menurut Reni akbar-hawadi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi anak dibagi menjadi dua bagian yakni Faktor Eksternal dan Internal.



Daftar pustaka

                   Nuryanti, Lusi ,2008. Psikologi Anak. (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang).
Dra. Desmita, 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset).
Haji,M. Alisuf Sabri, 1996. Psikologi Pendidikan, cet.II (Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta)


[1] Drs. Haji M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidiksn, cet.II (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1996) hlm.35-36
[2] Ibid hlm. 37
[3] Lusi Nuryanti,(2008). Psikologi Anak. (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang) hlm. 67-68
[4] Dra. Desmita, (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset).

0 comments:

Post a Comment