MAKALAH PESIKOLOGI TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Allah telah
melengkapi manusia dengan berbagai sarana dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya agar ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan baik.
Segala kelengkapan itu sebelumnya masih bersifat potensial, melalui berbagai
tahapan perkembangan. Setelah terlahir ke dunia, manusia akan sangat bergantung
kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan mengembangkan potensinya itu.
Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya
orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling
tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan.
Karena itu dalam hal apapun manusia masih memerlukan pendidikan.
Potensi
yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya
secara sempurna tanpa adanya bantuan dari pihak lain sekalipun potensi yang
dimilikinya bersifat aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak
terus menerus sesuai dengan pengaruh yang diperolehnya. Intensitas pengaruh
tersebut sangat bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang
diperolehnya yang kemudian menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Potensi Perkembangan Manusia ?
2. Apa Pengertian Potensi ?
3. Faktor-Faktor Apa Saja yang
Mempengaruhi Pengembangan Potensi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tiga Teori Dalam Proses Perkembangan Potensi.
Pertama, teori
“Nativisme”dengan tokoh utamanya ialah Schopenhauer dan tokoh lainnya yang masih
termasuk aliran ini adalah plato, Descartes, Lombroso. Menurut pendapat aliran
ini secara ekstrim menyatakan bahwa perkembangan manusia itu sepenuhnya
ditentukan oleh faktor pembawaan atau faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli yang berpendirian nativis biasanya
mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara
orang tua dengan anak-ananknya.
Kemiripan atau kesamaan antara orang tua dengan
anak-anaknya memang banyak terjadi,akan tetapi yang perlu diragukan apakah
benar kesamaan/kemiripan yang ada pada orang tua dan anaknya itu benar-benar
senata berdasarkan pembawaan yang dibawa sejak lahir?atau mungkin juga terjadi
karena dorongan,rangsangan atau pengaruh dan fasilitas di luar faktor pembawaan?
Bagi kaum nativis akan tetap pada pendiriannya,karena menurut anggapan mereka
perkembangan hanyalah mewujudkan unsur pembawaan semata-mata.
Dengan demikian faktor lingkungan atau pendidikan
menurut aliran ini tidak bisa berbuat apa-apa dalam mempengaruhi perkembangan
seseorang. Dalam ilmu pendidikan aliran ini dikenal sebagai aliran”Pedagogik
Pessimisme” yaitu pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan anak kearaah
kedewasaan yang dikehendaki oleh pendidikan.
Kedua, teori
“empirisme” paham empirisme ini tokoh utamanya ialah john locke. Teori ini
secara ekstrim menekankan kepada pengaruh lingkungan. Menurut teori
ini,lingkunganlah yang menjadi penentu perkembangan seseorang baik buruknya
perkembangan pribadi seseorang sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan atau
pendidikan.[1]
Jadi,teori ini membawa faktro pembawaan tidak berperan
sama sekali dalam proses perkembangan manusia. Menurut pendapat kaum eimpiris
lingkungan lah yang menentukan perkembangan pribadi seseorang. Oleh karena
itu dalam ilmu pendidikan aliran ini disebut dengan aliran pendidikan
”Pedagogik Optimisme” artinya pendidikan berperan untuk membentuk atau
mengembangkan pribadi seseorang.
Namun, teori empirisme ini tidak dapat kita
pertahankan, karena apabila benar lingkungan itu menentukan sepenuhnya bagi
perkembangan seseorang, maka orang yang tinggal di lingkungan pesantren sudah
pasti akan menjadi santri semua, demikian pula orang yang tinggal di dekat
masjid akan selalu sholat di masjid,
tetapi kenyataannya yang terjadi tidak demikian adanya, inilah mengapa
teori empirisme ini tidak dapat dipertahankan.
Ketiga, teori “konvergensi”
yaitu teori yang menengahi kedua teori atau paham nativisme dan empirisme yang
bersifat ekstrim.
Sesuai dengan namanya konvergensi yang artinya
perpaduan, maka berarti teori ini tidak memihak bahkan memedukan pengaruh kedua
unsur pembawaan dan lingkungan terebut dalam proses perkembangan. Menurut teori
ini baik unsur pembawaan maupun unsur lingkungan kedua-duanya sama-sama
merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi perkembangan seseorang. Misalnya
seseorang yang berbakat musik tidak akan berkembang menjadi seorang ahli musik
apabila tidak ditunjang oleh lingkungan atau pendidikan yang memadai.
Demikian pula halnya seorang anak yang tidak mempunyai
bakat musik tidak akan menjadi ahli musik walaupun anak itu diberikan fasilitas
dan kondisi pendidikan yang sangat memadai sekalipun, ia hanya akan menjadi
orang yang tahu musik saja. Jadi, perkembangan seseorang menurut teori
konvergensi ini akan dipengaruhi secara seimbang oleh kedua faktor: pembawaan
dan lingkungan pendidikan.
Teori konvergensi inilah yang hingga sekarang masih
teruji dan dapat dipertahankan kebenaran pendapatnya melalui penelitian
psikologi perkembangan, sehingga teori ini statusnya meningkat menjadi hukum
perkembangan.[2]
2.2 Pengertian Potensi
Kata potensi berasal dari serapan
dari bahasa Inggris, yaitu potencial. Artinya ada dua kata, yaitu, (1)
kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut KBBI
potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan,
kekuatan, kesanggupan, daya.Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu
yang bisa kita kembangkan.
Potensi dapat diartikan sebagai
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu
untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Dengan
demikian potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang
masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu
manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Menurut Endra K Pihadhi potensi bisa
disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki
dan belum dimanfaatkan secara optimal.Potensi diri yang dimaksud disini suatu
kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat,
kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan
dan diolah.
Sedangkan Sri Habsari menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh
seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan
bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Sedangkan diri adalah
seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang
dimiliki.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang
yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung
dengan latihan dan sarana yang memadai.[3]
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Potensi.
Menurut Lusi Nuryanti (Psikologi
anak, 2008:56), Potensi anak adalah segala yang dimiliki anak untuk memungkinkannya untuk
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi anak adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang anak yang unik dan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi anak adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang anak yang unik dan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Reni akbar-hawadi (2001),
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi anak dibagi menjadi dua
bagian yakni:
Faktor internal meliputi:
a. Taraf kecerdasan menunjukkan kemampuan berpikir anak, kemampuan menggunakan nalar, dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan logika.
b. Konsep diri menunjukkan cara seseorang memandang dirinya sendiri dan kemampuannya.
c. Motivasi berprestasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk meraih yang terbaik bidang tertentu, khususnya bidang akademik.
d. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan.
e. Bakat adalah kapasitas untuk belajar dan baru akan muncul setelah melalui proses latihan dan usaha pengembangan.
f. Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang berguna ataupun tidak bag dirinya.
g. Sistem nilai adalah keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan hasil akhir yang diinginkannya dari tingkah lakunya.
Faktor Eksternal meliputi:
a. Lingkungan Keluarga meliputi keluarga inti (ayah,ibu,dan anak-anaknya) dan keluarga besar (kakek-nenek, paman-tante, kemenakan, dan sepupu).
b. Lingkungan Sekolah adalah lingkungan dimana seorang anak menimba ilmu dan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan guru.
c. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana seorang anak itu tinggal, disini seorang anak akan berinteraksi dengan berbagai jenis karakter orang.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki perananya masing-masing dalam mengoptimalkan potensi anak. Dan peran seorang guru disini juga memiliki peran yang penting yakni mengembangkan situasi belajar yang menyenangkan tanpa membebani anak diluar kemampuannya, memberikan tugas sesuai kemampuan anak, menciptakan suasana yang penuh penghargaan sehingga anak mengembangkan potensinya dengan penuh percaya diri, dan tentunya menjalin komunikasi yang baik dengan para orang tua agar guru yang berada disekolah dan orang tua yang menjadi guru anak dirumah bisa bersinergi untuk mengembangkan potensi anak.[4]
Faktor internal meliputi:
a. Taraf kecerdasan menunjukkan kemampuan berpikir anak, kemampuan menggunakan nalar, dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan logika.
b. Konsep diri menunjukkan cara seseorang memandang dirinya sendiri dan kemampuannya.
c. Motivasi berprestasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk meraih yang terbaik bidang tertentu, khususnya bidang akademik.
d. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan.
e. Bakat adalah kapasitas untuk belajar dan baru akan muncul setelah melalui proses latihan dan usaha pengembangan.
f. Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang berguna ataupun tidak bag dirinya.
g. Sistem nilai adalah keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan hasil akhir yang diinginkannya dari tingkah lakunya.
Faktor Eksternal meliputi:
a. Lingkungan Keluarga meliputi keluarga inti (ayah,ibu,dan anak-anaknya) dan keluarga besar (kakek-nenek, paman-tante, kemenakan, dan sepupu).
b. Lingkungan Sekolah adalah lingkungan dimana seorang anak menimba ilmu dan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan guru.
c. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana seorang anak itu tinggal, disini seorang anak akan berinteraksi dengan berbagai jenis karakter orang.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki perananya masing-masing dalam mengoptimalkan potensi anak. Dan peran seorang guru disini juga memiliki peran yang penting yakni mengembangkan situasi belajar yang menyenangkan tanpa membebani anak diluar kemampuannya, memberikan tugas sesuai kemampuan anak, menciptakan suasana yang penuh penghargaan sehingga anak mengembangkan potensinya dengan penuh percaya diri, dan tentunya menjalin komunikasi yang baik dengan para orang tua agar guru yang berada disekolah dan orang tua yang menjadi guru anak dirumah bisa bersinergi untuk mengembangkan potensi anak.[4]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ada 3 teori
yang dalam proses perkembangan potensi yaitu teori
Nativisme, Empirisme, dan Konvegerensi. Teori Nativisme secara ekstrim
menekankan kepada factor pembawaan, teori Empirisme dengan ekstrim menekankan
pada faktor lingkungan, sedangkan teori konveregensi memadukan secara seimbang
kedua faktor pembawaan dan lingkungan sama pengaruhnya terhadap perkembangan
manusia.
Potensi dapat diartikan sebagai
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu
untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Dengan
demikian potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang
masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu
manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Menurut Lusi Nuryanti Potensi
anak adalah segala yang dimiliki anak untuk memungkinkannya untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Lalu menurut Reni akbar-hawadi faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan potensi anak dibagi menjadi dua bagian yakni Faktor
Eksternal dan Internal.
Daftar
pustaka
Nuryanti, Lusi ,2008. Psikologi Anak. (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang).
Dra.
Desmita, 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset).
Haji,M.
Alisuf Sabri, 1996. Psikologi Pendidikan, cet.II (Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta)
[1] Drs. Haji M. Alisuf Sabri. Psikologi
Pendidiksn, cet.II (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1996) hlm.35-36
[4] Dra.
Desmita, (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset).
0 comments:
Post a Comment