Saturday, December 7, 2019

Maharoh Kalam (Keterampilan Bericara)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
            Pembelajaran bahasa Asing bertujuan utama untuk mengembangan kemampuan pelajar dalam menggunakan bahasa itu baik lisan maupun tulis. Dan pada setiap pembelajaran bahasa Arab tidaklah lepas dari 4 maharoh, salah satu dari 4 maharah tersebut adalah maharam kalam.
            Kalam adalah kemampuan dalam penguasaan kalimat secara terperinci dan jelas yang mempunyai pengaruh dalam kehidupan manusia, karena melalui kalam, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan apa yang diinginkannya, dan seseorang dapat menunjukkan eksistensunya di hadapan manusia.
            Kalam merupakan salah satu keterampilan bahasa dari keempat keterampilan berbahasa. Kalam menempati urutan kedua dalam pembelajaran bahasa. Karena idealnya seorang manusia belajar bahasa diawali dengan mendengar bahasa yang diungkapkan oleh orang-orang disekitarnya, kemudian ia mulai mengucapkan atau berbicara seperti apa yang telah didengarnya.
            Oleh karena itu, pembahasan tentang kalam disetiap bahasa sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena dengan perantaraan kalam, memudahkan kita dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Apa definisi  Maharoh Kalam?
2.      Apa saja Macam-Macam Maharoh Kalam?
3.      Apa saja Tingkat-Tingkat Maharoh Kalam?
4.      Apa Langkah-Langkah Dalam Pengbelajaran Maharoh Kalam?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Definisi Maharoh Kalam (Keterampilan Bericara)
            Maharoh kalam secara bahasa sepadan dengan istilah speaking skill dalam bahasa inggris yang bisa diartikan dengan keterampilan berbicara.[1] Menurut Asep Hermawan, keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat, yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Secara umum, keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik dan wajar. Menurut Abu Bakar, tujuan dari keterampilan berbicara adalah sebagai berikut:
·         Membiasakan murid bercakap-cakap dengan bahasa yang fasih.
·         Membiasakan murid menyusun kalimat yang timbul dari dalam hati dan perasaannya dengan kalimat yang benar dan jelas.
·         Membiasakan murid memilih kata dan kalimat, lalu menyusunnya dalam bahasa yang indah, serta memperhatikan penggunaan kata pada tempatnya.[2]
Selain dari tujuan-tujuan di atas, perlu kita tahu bahwa zaman globalisasi menuntut kita untuk dapat berkomunikasi lisan (disamping tulisan) dalam berbagai sektor kehidupan. Maka demikian, keterampilan berbicara menjadi keterampilan khusus dan utama untuk berkomunikasi.[3]
2.2       Macam-Macam Maharoh Kalam
1.      Al- muhadatsah (Bercakap-cakap)
Pelajaran muhadatsah ini merupakan pelajaran bahasa arab yang pertama-tama diberikan. Tujuan utama pengajaran bahasa arab adalah agar siswa mampu bercakap-cakap (berbicara). Dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa arab dan membaca al-qur’an, dalam shalat dan doa-doa. Maksud dari berbahasa adalah berbicara lisan.
Metode muhadatsah yaitu cara menyajikan bahasa pelajaran bahasa arab melalui percakapan.
Pengajaran muhadatsah bertujuan untuk :
a.       Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih dalam bercakap-cakap;
b.      Terampil berbahasa arab mengenai kejadian apa saja di masyarakat;
c.       Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat alat elektronik;
d.      Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa arab dan alquran;
2.      Al-Insya (mengarang)
Insya’ atau ta’bir mengarang dalam bahasa arab, untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran dan pengamalan yang dimiliki awal didik.
Tujuan pengajaran insya adalah sebagai berikut :
a.       Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa arab.
b.      Siswa dalam terampil mengemukakan buah pikirannya baik lisan maupun tulisan.
c.       Siswa mampu berkomunikasi melalui korespondensi dalam bahasa arab.
d.      Siswa dapat menyajikan kejadian atau peristiwa dalam lingkungan masyarakat.
3.      Al-mahfudzat (hapalan kata-kata mutiara)[4]
Mahfudzat adalah hapalan-hapalan.  Penyajian materi pelajaran dengan jalan menyeluruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain yang menarik hati mereka.
Contoh materi mahfudzat yang menarik :
“yang dikatakan pemuda ialah yang berkata : inilah aku, bukanlah seorang pemuda yang mengatakan : inilah bapakku.”
            Tujuan mempelajari mahfudzat, antara lain :
ü  Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daaya ingatan;
ü  Memperkaya pembendaharaan kosakata dan percakapan;
ü  Mempermudah siswa dalam mempelajari sastra arab, dan asal-usul gaya bahasa arab;
ü  Melatih anak didik agar baik ucapannya indah perkataannya;
ü  Melatih jiwa dan mental disiplin.
2.3       Tingkatan-Tingkatan Maharoh Kalam
            Berbicara menggunakan bahasa asing bukanlah hal yang mudah, sebagaimana jika kita berbicara menggunakan bahasa ibu. Oleh karena itu, hendaknya dalam mengajarkan keterampilan berbicara perlu memperhatikan  kemampuan anak didik atau tingkatan anak didik. Yaitu dengan mengspesifikkan tingkatan untuk pemula, menengah dan tingkat tinggi (ahli). Diantara tingkatan tersebut sebagai berikut:
Ø  Tingkat pemula[5]
Pada tingkat dasar ini, siswa hanya terbatas pada pola-pola menghafalkan percakapan arab saja. Topik percakapannya pun terbatas hanya seputar perkenalan, profesi dan sebagainnya. Teknik penyajiannya diawali dengan pengucapan materi percakapan oleh guru untuk ditirukan, diperagakan dan dihafalkan oleh siswa. Guru juga dapat memberikan alternatif bentuk bahasa sesuai kemampuan siswa.
Ø  Tingkat menengah
Setelah melewati tingkat dasar sebagai pemula, dilanjutkan naik pada tingkat yang lebih kompleks. Percakapan yang dilakukan ditingkat menengah topik yang diusung lebih luas dan lebih kompleks. Misalnya memperbincangkan pokok-pokok pikiran dari teks baik berupa lisan maupun tulisan. Guru hanya menuliskan dan mengingatkan hal-hal yang dianggap penting misalnya nama-nama orang yang terlibat di dalam percakapan dan dialog yang diperdengarkan dan kosakata serta bentuk bahasa yang diiduga sulit bagi siswa.
Ø  Tingkat lanjutan
Tahapan ini adalah tahapan paling atas dan wujud percakapan yang sebenarnya. Guru berfungsi sebagai pengarah daripada percakapan tersebut.[6]
2.4       Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Maharoh Kalam
v  Membuka pelajaran kalam.  Mula-mula diberikan pengantar atau ilustrasi singkat mengenai topik yang akan didialogkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan relevan dengan topik.
v  Berdiskusi dengan siswa dalam bentuk percakapan dengan cara tanya-jawab untuk sampai ke judul materi.
v  Memberikan kosakata baru yang belum diketahui siswa dengan dituliskan dipapan tulis lalu mendiskusikan maknanya.[7]
v  siswa diminta mendengarkan materi hiwar melalui taape recorder dengan penuh perhatian; sementara itu buku mereka ditutup, agar perhatian mereka sepenuhnya terkonsentrasi pada bunyi dialog yang didengarkan.
v  Pengulangan istima’ (mendengarkan) sambil memahami isi hiwar dengan melihat gambar yang tertera dalam buku. Tulisan hiwar dalam hal ini masih belum boleh dilihat.
v  Pengulangan mendengar dengan dibarengi peniruan secara kolektif (bersama-sama).
v  Pengulangan mendengarkan sekali lagi dengan diikuti peniruan secara berkelompok tertentu lalu secara individual.
v  Pembacan teks hiwar (buku dibuka) oleh semua siswa, kelompok atau oleh individu-individu.
v  Sebagian siswa secara berpasang-pasangan diminta untuk melakukan dramatisasi dan bermain peranan sesuai dengan teks hiwar,
v  Setelah isi hiwar dipahami, barulah ditindaklanjuti dengan bahasan berikutnya; tadribat, qawaid, qira’ah, insya’, dan sebagainya.[8]



Bab III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Maharoh kalam merupkan maharoh kedua setelah maharoh istima’, yang mana maharoh inipun  sama pentingnya dengan maharoh istima’. Dengan maharoh kalam seseorang dapat menyampaikan pemikirannya untuk bisa difahami orang lain. Pada zaman globalisasi menuntut kita untuk dapat berkomunikasi lisan (disamping tulisan) dalam berbagai sektor kehidupan. Maka demikian, keterampilan berbicara menjadi keterampilan khusus dan utama untuk berkomunikasi.
            Adapun hal-hal yang berkaitan dengan penunjang maharoh kalam yaitu beberapa macam maharoh kalam seperti muhadtsah, insya’, dan muhafadhoh. Serta beberapa penjelasan tahapan-tahapan maharoh kalam berupa tahap pemula, tahap menengah, tahap tinggi. Dan ada lagi beberapa langkah-langkah yang dapat membantu seorang guru bahasa dengan menggunakan metode pembelajaran maharoh kalam.



DAFTAR PUSTAKA
Ulin Nuha, M.Pd.I., ragam, metodelogi dan media pembelajaran bahasa arab, Cet.I (Yogyakarta, Diva Press, 2016)
Sembodo ardi widodo dkk, Al-‘arabiyah jurnal pendidikan bahasa arab, Cet: II, (YOGYAKARTA: UIN SUNAN KALIJAGA, 2006)
Rahmini, Strategi pembelajaran maharoh kalam non arab.pdf



[1] Strategi pembelajaran maharoh kalam non arab.pdf, hal:228
[2] Ulin nuha, ragam, metodelogi dan media pembelajaran bahasa arab, yoogyakarta:diva oress,2016, hal:89-90
[3] Strategi pembelajaran maharoh kalam non arab.pdf, hal:229
[5] Strategi pembelajaran maharoh kalam non arab,pdf. hlm:232
[6] Strategi pembelajaran maharoh kalam non arab, hlm:232
[7] Sembodo ardi widodo dkk, Al-‘arabiyah jurnal pendidikan bahasa arab, Cet: II, YOGYAKARTA: UIN SUNAN KALIJAGA, 2006, Hlm: 9

0 comments:

Post a Comment