Saturday, December 7, 2019

MODEL PENELITIAN STUDI KASUS


BAB II
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And Research Design” mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: biografi, fenomenologi, grounded theory study, studi kasus dan etnografi. Salah satu tradisi yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah lama dipandang sebagai metode penelitian yang “amat lemah”. Para peneliti yang menggunakan studi kasus dianggap melakukan “keanehan” dalam disiplin akademisnya karena tingkat ketepatannya (secara kuantitatif), objektivitas dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai.Walaupun demikian, studi kasus tetap dipergunakan secara luas dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, baik dalam bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, sejarah dan ekonomi maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis seperti pendidikan, perencanaan wilayah perkotaan, administrasi umum, ilmu-ilmu manajemen dan lain sebagainya.Bahkan sering juga diaplikasikan untuk penelitian evaluasi yang menurut sebagian pihak merupakan bidang metode yang sarat dengan kuantitatifnya.Semuanya ini merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dipertanyakan bahwa apabila studi kasus itu memiliki kelemahan, mengapa para peneliti menggunakannya?.Oleh karena itu makalah ini akan mengkaji tentang metode penelitian studi kasus.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi studi kasus ?
2.      Apa saja tipe-tipe studi kasus?
3.      Bagaimana langkah-langkah dalam metode penelitian  studi kasus?
4.      Apa saja kelebihan dan kelemahan studi kasus?


BAB II
MODEL PENELITIAN STUDI KASUS
A.  Definisi Studi Kasus
Bila kita melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial dalam kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut apa yang disebut studi kasus. Studi kasus dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga dan berbagai bentuk unit sosial lainnya. Jadi, studi kasus dalam khazanah metodologi dikenal sebagai suatu studi yang bersifat kontemporer, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian.[1]
Studi kasus dilihat dari dimensi tertentu dapat pula disebut studi longitudinal yang dikontraskan dengaan studi cross sectional. Studi longitudinal berupaya mengobservasi obyeknya dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Sedangkan studi cross sectional berupaya mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap atau tingkat perkembangan tertentu dengan harapan dari sejumlah tahap atau tingkat tersebut akan dapat dibuat kesimpulan yang sama dengan longitudinal. [2]
Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan.Sedangkan fokus  di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif.[3]
Sementara itu, pakar metodologi penelitian Robert K. Yin (1996), mengintrodusir studi kasus itu lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan : “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah), dalam kegiatan penelitian. Menurut Yin, menentukan tipe pertanyaan penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam setiap penelitian, sehingga untuk tugas ini dituntut adanya kesabaran dan persediaan waktu yang cukup. Kuncinya adalah memahami bahwa pertanyaan-pertanyaan penelitian selalu memiliki substansi (misalnya, apakah sebenarnya penelitian saya ini?) dan bentuk (misalnya, apakah saya sedang mempertanyakannya siapakah, apakah, dimanakah, atau bagaimanakah).[4]
B.  Tipe-tipe Studi Kasus
Dalam khazanah metodologi, apa yang disebut studi kasus itu ternyata memiliki tipe-tipe tertentu yang spesifik. Berikut ini akan dikemukakan secara singkat tipe-tipe studi kasus pendekatan kualitatif. Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus tunggal. Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus disini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan disini adalah kemampuan seorang peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Ketiga, studi kasus life history. Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan runcing kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu-biru kehidupannya. Keempat, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya dalam komunitas dimana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Kelima studi kasus analisa situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial terntentu. Keenam, studi kasus mikroetnografi.Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.[5]
Sementara itu, Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi kasus kedalam tiga tipologi, yakni : studi kasus eksplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab dalam studi kasus, yakni pertanyaan how (bagaimana), dan why (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan what (apa/apakah).[6]
C.       Langkah-langkah studi Kasus
1.      Nyatakan tujuan-tujuannya.   Apa   yang   menjadi   unit-unit   studi dan karakteristik-karakteristiknya, hubungan-hubungannya, dan proses-proses yang akan mengarahkan penyelidikan.        
2.      Rancangkan cara pendekatannya. Bagaimana unit-unit tersebut akan dipilih? Apakah sumber data dapat digunakan? Metode apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data?            
3.      Kumpulkan data.  
4.      Organisasikan informasi untuk menyusun rekonstruksi unit studi yang koheren,dan terintergrasi dengan baik.         
5.       Laporkan hasilnya dan diskusikan signifikasinya.[7]
D.       Kelebihan dan kekurangan
Adapun kelebihan dari studi kasus adalah:
1.        Analisi instensif yang dilewatkan tidak dilakukan oleh metode lain.
2.      Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus.
3.      Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belum secara detail diteliti.
4.      Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat,rinci,dan seteliti mungkin pada peneliti yang berikutnya.
5.      Studi kasus yang bagus merupakan sumber informasi diskriptif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori.
Adapun kelemahan dari studi kasus adalah:
1.      Studi kasus sering kali dipandang kurang ilmiah karena pengukurannya bersifat subjektif.
2.      Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa dan data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relatif lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3.      Masalah generalisasi.
4.      Karena lebih bersifat diskriptif.
5.      Biaya penyelenggaraan yang relatif mahal.
6.      Karena fleksibilitas disain studi kasus, memungkinkan peneliti untuk beralih fokus studi ke arah yang tidak seharusnya. [8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Studi kasus dilihat dari dimensi tertentu dapat pula disebut studi longitudinal yang dikontraskan dengaan studi cross sectional. Studi longitudinal berupaya mengobservasi obyeknya dalam jangka waktu lama dan terus-menerus
Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi kasus kedalam tiga tipologi, yakni : studi kasus eksplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab dalam studi kasus, yakni pertanyaan how (bagaimana), dan why (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan what (apa/apakah).
Langkah-langkah studi Kasus :
·         Nyatakan tujuan
·         Rancangkan cara pendekatannya
·         Kumpulkan data
·         Organisasikan informasi
·         Laporkan hasil dan diskusikan signifikasi

Kelebihan dan kekurangan studi kasus diantaranya :
·      Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus kusus.
·      Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belum secara detail diteliti
·      Karena lebih bersifat diskriptif.
·      Biaya penyelenggaraan yang relatif mahal.



                [1] Burhan Bungin,  Analisis Data Penelitian Kualitatif, Ed.1, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007), Hlm.19-20
                [2] Burhan Bungin,  Analisis Data Penelitian..., Hlm.20
                [3] Yani Kusmarni, Studi Kasus (John. W. Creswell), pdf, Hlm.3
                [4] Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, Ed.1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Hlm.11
                [5] Burhan Bungin,  Analisis Data Penelitian..., Hlm.26-27
                [6] Burhan Bungin,  Analisis Data Penelitian..., Hlm.27
                [7] Metode Penelitian Pendidikan, pdf, Hlm.14
                [8] http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/06/studi-kasus-dalam-metodologi-penelitian.html?m=1 yang diunduh pada tanggal 2 Desember pada pukul 17.00 WIB


0 comments:

Post a Comment