BAB
I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Banyak
kabilah dalam bangsa Arab menjadikan banyaknya dialek pula. Perbedaan penutur
antar kabilah ini menjadikan bahasa yang mereka gunakan bervariasi.
Dialek-dialek ini sudah ada sebelum lahirnya agama islam. Tetapi dialek-dialek
ini sudah tidak digunakan di zaman sekarang. Dan hanya satu dialek saja yang
digunakan hingga sekarang. Yaitu dialek fusha. Dialek fusha ini berasal dari
kabilah Quraisy atau disebut juga dengan dialek bani Quraisy. Dalam sejarah perkembangan
dialek sebelum islam terjadi suatu persaingan antar kabilah. Dan kabilah yang
lebih unggul
adalah kabilah Quraisy. Karena itulah dialek Quraisy ini dijadikan sebagai
dialek pemersatu antar satu kabilah dengan kabilah yang lain. Dialek ini
digunakan dalam berbagai urusan seperti ekonomi, politik, dan keagamaan.
Pengaruh dialek Quraisy sebagai bahasa pemersatu sangat besar. Mulai dari letak
geografis yang mendukung dan pusat keagamaan. Sehingga menjadikannya sebagai
penghubung dalam berinteraksi sosial antar kabilah dalam berbagai urusan. Hal
ini menimbulkan pertanyaan bagaimana cara kabilah quraisy dalam menjadikan
bahasa Arab fusha sebagai dialek yang diakui oleh setiap penjuru Jazirah. Dan
pastinya ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa dialek fusha mampu
bertahan sampai sekarang. Untuk itu, perlu adanya kajian yang mengkaji bahasa
Arab Fusha mengingat kita sebagai mahasiswa bidang bahasa Arab.
I.II Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dialek ?
2. Bagaimana dialek-dialek
sebelum islam ?
3. Bagaimana dialek Quraisy ?
4. Bagaimana peran dialek dalam
perkembangan bahasa arab ?
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Dialek
Dialek
atau dalam bahasa Arab disebut dengan lahjah adalah
kumpulan dari sifat-sifat bahasa (variasi bahasa) yang berhubungan dengan suatu
lingkungan atau tempat khusus dan dipakai oleh setiap penduduk lingkungan
tersebut.[1]
Dialek merupakan variasi dari bahasa dan bukan merupakan ragam dari suatu
bahasa. Karna dialek termasuk bagian khusus dari suatu bahasa, oleh karena itu
dialek masih bagian dari cakupan bahasa dan bukan bahasa tersendiri.
Sebagian
Ahli berpendapat bahwa dialek atau lahjah itu tidak ada. Dengan artian tidak
ada batasan yang terperinci dan jelas antara dialek satu dengan dialek lainnya
atau antara dialek dengan bahasa yang umum digunakan yang berhubungan dengan
dialek tersebut. Salah satu tokohnya antara lain adalah Jastoon B. Sebagian
ahli yang lain mengakui akan kemungkinan pembagian dialek bahasa. Dan salah
satu ahli yang menerima adalah Anthoni Meillet. Dia mengatakan bahwa: “sesunguhnya kita berbicara mengandung unsur dialek. Seperti yang kita
lihat pada bilangan dari tulisan. Dialek memiliki kekhususan yang terpisah dari
bahasa. Keduanya berlaku meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Maka dari itu, dialek menggambarkan suatu daerah
tertentu yang terlihat dari kekhususan bahasa yang berlaku.”[2] Dari
pendapat Anthoni tersebut dapat disimpulkan bahwa dialek merupakan variasi
bahasa yang digunakan oleh penutur pada suatu daerah tertentu yang menggambarkan
suatu kekhususan setiap dialek. Adapun hubungan antara bahasa dan dialek
merupakan hubungan yang khusus dengan umum. Dalam artian lingkungan dialek
bagian dari lingkungan yang lebih luas atau lebih menyeluruh cakupannya. Dalam
lingkungan yang lebih luas tersebut terdapat gabungan dari beberapa dialek.
Setiap dialek memiliki ciri khusus dan sebagai penyokong bahasa.
II.II Dialek – Dialek Bahasa Arab Sebelum Islam
Dialek
Arab sebelum islam sangat banyak sekali. Seperti dialek Quraisy, Tamim, Huzail,
Asad, Hawazin, Sa’ad,
Thai, dan lain-lain. Tetapi Ulama-ulama ahli bahasa hanya membahas dialek orang baduwi
(fusha) pada abad ke 1 dan 2 hijriyah. Sedangkan
yang berada di perbatasan Yaman, Syam, dan Irak tidak disebutkan dalam kajian
mereka. Sehingga dialek ini dihubungkan pada dialek-dialek besar seperti
Quraisy, Tamim, Huzail, dan Thai. Dan ada juga yang dihubungkan pada
dialek-dialek kepada kabila tertentu seperti kabilah Quda’ah, Asad, Rabi’ah, Kalb, al-Anshor, dan
lain-lain. Dialek-dialek bahasa Arab dibedakan menjadi beberapa bagian sesuai
variasinya mulai dari Morfologi, Fonologi, dan Sintaksis.
Sebagian
besar pengkaji berpendapat bahwa dialek Quraisy-lah yang merupakan dialek
paling fasih, dan dialek ini meliputi semenanjung Arab sebelum datangnya Islam.
Ibnu Faris berkata: “ ulama kita sepakat mengenai ucapan orang Arab, ungkapan
syi’ir-syi’ir, pakar balaghah, dan
bahasa keseharian, bahwa suku Quraisy-lah yang paling fasih lidahnya dalam
bangsa Arab dan paling mulia bahasanya. Hal ini diketahui bahwa Allah Azza wa
Jalla telah memujinya dan memilih mereka dari seluruh kabilah bangsa Arab
kemudian menjadikan mereka sebagai bangsa pilihan, serta dijadikannya Nabi yang
membawa rahmat yakni nabi Muhammad SAW bagian dari kabilah Quraisy.[3]
Sedangkan Ibnu Jinni mengatakan
bahwa kabilah Quraisy merupakan kabilah yang terfashih dari pada dialek An’anah ( عنعنة ) dari
bani Tamim, dialek Kasykasyah ( كشكشة) dari bani Rabi’ah, dialek kaskasah ( كسكسة ) dari bani Hawazan, dialek
Ujrofiyah ( عجرفية ) dari
bani Dhabbah, dialek Tadhja’ ( تضجع ) dari bani Qais, dialek Tiltilah ( تلتلة ) dari bani Baharra”.[4]
II.III Dialek Quraisy
Quraisy
adalah sebuah nama kabilah pada zaman jahiliyyah. Mereka tinggal di daerah Arab
sekitar kota Makkah. Kabilah ini bermata pencaharian dengan berdagang. Di
dukung dengan letak tempat tinggal yang strategis antara jalur perdagangan
yaman dan Syam. Selain itu kedudukan suku quraisy adalah yang terfasih lisannya
dan terjernih bahasanya. Karena itulah nabi Muhammad SAW dijadikan oleh Allah
terlahir sebagai bagian dari kabilah ini. Dan termasuk salah satu kemulyaan
yang diberikan Allah kepada suku ini adalah sebagai penduduk sekaligus tuan
rumah tanah haram, juga sebagai keturunan dari nabi Ismail AS. Adapun dialek
Arab itu sangat banyak. Ulama-ulama ahli bahasa menyatakan bahwa bahasa Arab Fusha itu
adalah bahasa baduwi (bahasa Arab pedalaman). Pada mulanya bahasa Arab
digunakan dengan adanya interaksi di berbagai bidang mulai dari perdagangan,
bertukar pendapat, tempat tinggal yang berdekatan antar kabilah, menunaikan
haji, dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa masing-masing
kabilah memiliki dialek-dialek khusus yang dimiliki sebagai pembeda, maka
seiring berjalannya waktu terjadi persaingan antara dialek satu dengan dialek
yang lain. Kemudian kabilah yang mampu memenangkan dialek mereka dalam
berinteraksi sosial dan sastra adalah kabilah Quraisy atau disebut dengan
bahasa Arab fusha. Kabilah ini juga mengarang sebuah syair, khitobah (pidato),
dan natsar sebagai bentuk sastra Quraisy.
Tidak
diragukan lagi akan kecintaan mereka terhadap sastra. Seperti banyaknya penyair
dengan syair yang sering mereka lantunkan menjadi kelebihan tersendiri dalam
sastra lahjah Quraisy. Sya’ir
merupakan kegemaran bagi kabilah Quraisy. Mereka menyukai keindahan sastra dan
sering mengagungkan penyair. Ini pun menjadikan kita ingat akan kisah masuk
islamnya kholifah Umar bin Khattab. Beliau menangis dan terharu ketika
mendengar bacaan al-Qur‟an.
Bahasa
Arab yang masih dipakai sampai sekarang merupakan percampuran dari berbagai
macam dialek, sebagian dari selatan jazirah Arab dan ini merupakan
mayoritasnya. Sedangkan yang lainnya dari utara. Keduanya bersatu hingga
terciptalah sebuah bahasa Arab Fusha yang saat ini dipakai dalam tulisan,
khutbah, siaran, majalah, dan surat kabar.[5]
Ciri-ciri bahasa Arab Fusha :
1.
Derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan dialek-dialek yang berlaku dalam
bahasa sehari-hari. Termasuk orang-orang yang mampu menguasai bahasa ini juga
dinilai mempunyai kedudukan yang tinggi.
2.
Bahasa Arab pada umumnya ( ‘Ammiyah ) tidak memiliki karasteristik sifat
kedaerahan atau kaitannya dengan kabilah tertentu.
II.IV Peran Dialek Quraisy Terhadap Perkembangan Bahasa Arab
Dapat
disimpulkan dari keterangan diatas bahwa dialek Quraisy merupakan dialek yang
paling unggul diantara dialek-dialek yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor[6] :
1.
Pusat keagamaan antar kabilah. Suku Quraisy bertempat tinggal diMakkah yang
terdapat ka’bah
sebagai tempat peribadatan.
2.
Letak Geografis yang strategis untuk jalur perdagangan. Kedudukan kota Makkah
sebagai jalur perdagangan antara Yaman dan Syam.
3.
Pengaruh politik, menjadi suatu kenyataan bahwa keutamaan pengaruh agama dan
ekonomi serta keutamaan kedudukan negaranya bisa menjadi suatu politik yang
cukup kuat dibanding negara-negara lain pada masa jahiliyyah.
4.
Dialek Quraisy merupakan dialek Arab yang terluas yang menjadi suatu kekayaan,
tertinggi dari segi uslub, serta menjadi dialek yang digunakan untuk seni kata
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh keutamaan yang telah ditentukan bagi
para penuturnya. Baik dari segi budaya maupun kesan khusus yang dimiliki oleh
dialek Quraisy.
Karena
faktor-faktor tersebut, dialek Quraisy (fusha) diterima dikalangan masyarakat
luas. Yang sampai saat inipun masih digunakan sebagai bahasa yang kita
pelajari. Disamping bahasa fusha sebagai bahasa Al-Qur’an, juga sebagai bahasa
yang digunakan untuk memperdalam ilmu agama. Seiring berkembangnya suku Quraisy
dalam berbagai bidang menjadikan bahasa Arab fusha sebagai bahasa pergaulan di
wilayah Jazirah Arab. Selain itu, juga karena masuknya agama islam yang membawa
kitab suci Al-Qur’an
yang menjadi pedoman bagi seluruh ummat. Kemudian dialek ini banyak dipelajari
oleh berbagai penjuru non Jazirah Arab.
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Dialek
atau dalam bahasa Arab disebut dengan lahjah adalah
kumpulan dari sifat-sifat bahasa (variasi bahasa) yang berhubungan dengan suatu
lingkungan atau tempat khusus dan dipakai oleh setiap penduduk lingkungan
tersebut. Quraisy adalah sebuah nama kabilah pada zaman jahiliyyah. Dialek Arab
sebelum islam sangat banyak sekali. Seperti dialek Quraisy, Tamim, Huzail, dan
Thai. Tetapi Ulama-ulama ahli bahasa hanya membahas dialek orang baduwi
(fusha) pada abad ke 1 dan 2 hijriyah.
Selain
itu kedudukan suku quraisy adalah yang terfasih lisannya dan terjernih
bahasanya. Pada mulanya bahasa Arab dugunakan dengan adanya interaksi
diberbagai bidang mulai dari perdagangan, bertukar pendapat, tempat tinggal
yang berdekatan antar kabilah, menunaikan haji, dan lain-lain. Seperti yang
kita ketahui sebelumnya bahwa masing-masing kabilah memiliki dialek-dialek
khusus yang dimiliki sebagai pembeda, maka seiring berjalannya waktu terjadi
persaingan antara dialek satu dengan dialek yang lain. Kemudian kabilah yang
mampu memenangkan dialek mereka dalam berinteraksi sosial dan sastra adalah
kabilah Quraisy atau disebut dengan bahasa Arab fusha.
Dialek
Quraisy memiliki keutamaan diantaranya sebagai pusat keagamaan, wilayahnya
menjadi letak yang digunakan oleh jalur perdagangan antara Syam dan Yaman, segi
politik yang cukup kuat, dan dialek yang kaya akan uslub. Kemudian islam datang yang dibawa
oleh Nabi Muhammad dan kitab suci Al-Qur‟an sebagai pedoman. Masuknya islam juga mampu
mempengaruhi perkembangan dialek ini, disebabkan karena Al-Qur‟an memakai bahasa Arab
fusha. Oleh karena itu dialek fusha masih dipakai sampai sekarang.
Daftar Pustaka
Abd al-Tawwab, Ramadhan. 1999. Fushul fi al-Arobiyah. Kairo, Maktabah al-Chonji. Abd
al-Wahid al-Wafi, Ali. 1962. Fiqh al-Lughoh. Kairo,
Lajnah al-Bayan al-Araby. Ya‟kub,
Emil Badi‟. 1982. Fiqh al-Lughoh al-Arobiyyah wa Khoshoishuha. Bairut,
Dar ats-Tsaqofah al-Islamiyyah.
[3] Emil Badi‟ Ya‟kub, Fiqh al-Lughoh al-Arobiyyah wa
Khoshoishuha. (Bairut,
Dar ats-Tsaqofah al-Islamiyyah. 1982) Hal: 122
[4] Emil
Badi‟ Ya‟kub, Fiqh al-Lughoh al-Arobiyyah wa
Khoshoishuha. (Bairut,
Dar ats-Tsaqofah al-Islamiyyah. 1982) Hal: 122-123
0 comments:
Post a Comment