Tuesday, March 26, 2019

MAKALAH PESIKOLOG


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dan konkrit yang memiliki potensial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena tidak dapat hidup tanpa orang lain. Manusia juga merupakan makhluk konkrit yang potensial dan dapat mengembangkan dirinya baik secara fisik maupun secara psikis karena didalam diri manusia tersimpan kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara terus-menerus. Perkembangan kemampuan manusia pun akan menurun seiring dengan bertambahnya usia karena perkembangan manusia seperti kurva yang naik kemudian turun.
Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik, pola pikir, daya ingat, kemampuan, dan masih banyak lagi. Dengan bertambahnya usia seseorang, ia akan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial pada masa dewasa akhir (tua) menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Selain itu, pandangan di usia tua tentang kehidupan saat ini cenderung berubah. Mereka tidak lagi memikirkan hal-hal seperti yang dipikirkan oleh masa anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Pada tahap ini mereka akan lebih berfikir tentang hal-hal penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa sebelum datangnya kematian.
Tahap dewasa dalam psikologi perkembangan dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa dewasa awal (early adulthood), masa dewasa menengah (middle adulthood), dan masa dewasa akhir (late adulthood). Masa dewasa akhir adalah periode penutup dalam rentang kehidupan manusia. Pada makalah ini kami akan membahas lebih lanjut tentang masa dewasa akhir dan kematian.



1.2       Rumusan Masalah

1)         Apa pengertian dari masa dewasa akhir?
2)         Apa saja aspek yg mempengaruhi Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir?
3)         Bagaimana perkembangan bahasa pada masa dewasa akhir?
4)         Bagaimana masa dewasa akhir dalam menghadapi kematian?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Masa Dewasa Akhir
Masa dewasa akhir merupakan periode penutup dimana seseorang individu telah mencapai kematangan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan berjalannya waktu. Masa ini dimulai saat seseorang mulai berusia 60 tahun ke atas. Saat seseorang mulai memasuki masa dewasa akhir, maka akan terlihat gejala penurunan fisik, psikologis, dan intelektual. Proses inilah yang disebut dengan istilah proses menua (lansia).
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian masa dewasa akhir (masa tua) :
v  Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995), masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
v  Menurut Constantinides (1994), pada masa lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.

2.2       Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar, paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami pemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut usia juga kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara perlahan-lahan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah, mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut usia melakukan aktifitas-aktifitas yang abstrak dan sederhana.[1]
            Ada tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut.[2]
·         Pendidikan
Fasilitas pendidikan semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan informasi atau ingatan (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
1.         Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya;
2.         Ingin mempelajari perubahan sosial dan teknologi yang dirasakan memengaruhi kehidupannya;
3.         Ingin menemukan pengetahuan dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya;
4.         Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
·         Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi, biasanya orang-orang dewasa lanjut usia dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
·         Kesehatan
Dari hasil penelitian, kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya daya guna individu berusia di atas 60 tahun pada tes WAIS (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi, beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut usia sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada faktor usia semata.
Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada subyek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga.
Penelitian berikutnya, (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut usia. Yang harus diperhatikan dalam aktifitas berolahraga pada masa dewasa akhir adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani harus disesuaikan dengan usia subyek, dalam arti kondisi fisik individu tersebut.
2.3       Perkembangan Bahasa Dewasa Akhir
Di masa dewasa akhir, individu mulai menunjukkan beberapa kemunduran dalam berbahasa (Obler, 2009). Sebagai contoh, apabila orang lanjut usia mengalami masalah pendengaran, mereka dapat mengalami kesulitan membedakan bunyi-bunyi percakapan dalam konteks tertentu (Clark-Cotton & Goral, 2007). Beberapa aspek keterampilan fonologi orang dewasa lanjut usia berbeda dengan keterampilan berbahasa orang dewasa muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara bicara orang dewasa usia lanjut biasanya volumenya lebih rendah, tidak terartikulasi dengan tepat, dan tidak begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan, dan koreksi).
Satu aspek dari cara berbicara dimana perbedaan usia ditemukan mencakup menceritakan kembali sebuah kisah atau memberikan instruksi untuk menyelesaikan sebuah tugas. Ketika terlibat dalam cara berbicara jenis ini, orang dewasa lanjut usia cenderung menghilangkan elemen kunci, menciptakan percakapan yang kurang lancar dan lebih sulit untuk disimak (Clark-Cotton dkk., 2007). Menurunnya kecepatan dalam pemrosesan informasi dan menurunnya working memory, khususnya dalam hal kemampuan menyimpan informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan, cenderung berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang lanjut usia (Stine-Morrow, 2007).[3]



2.4       Pengertian Kematian Dan Fase Menjelang Kematian
Mati atau kematian berasal dari bahasa arab. Mati biasa juga disebut meninggal dunia, yang berarti tidak bernyawa, atau terpisahnya roh dari zat, psikis dari fisik, jiwa dari badan, atau yang ghaib dari yang nyata. Seseorang yang sudah mati disebut mayat/ jenazah.
Pada hakekatnya maut atau mati adalah akhir dari kehidupan dan sekaligus awal kehidupan (baru). Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lain, dari suatu keadaan kepada keadaan lain, tempat kehidupan manusia akan berlanjut.

Fase Menjelang Kematian dan Kematian Menurut Para Ahli
Menurut Elisabeth Kubler-Ross mengusulkan 5 fase yang datang untuk berdamai dengan kamatian, yaitu : penyangkalan, marah, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Namun, tahap ini rangkaiannya tidak universal. (1) Penyangkalan merupakan fase pertama yang diusulkan Kubler-Ross dimana orang-orang menolak bahwa kematian benar-benar ada. Namun, penolakan merupakan pertahanan diri yang bersifat sementara dan kemudian akan digantikan dengan rasa penerimaan yang meningkat saat seseorang dihadapkan pada beberapa hal seperti pertimbangan keuangan, urusan yang belum selesai, dan kekhawatiran mengenai kehidupan anggota keluarga yang lainnya nanti.
(2) Marah merupakan fase kedua dimana orang yang menjelang kematian menyadari bahwa penolakan tidak dapat lagi dipertahankan. Penolakan sering memunculkan rasa marah, benci, dan iri. Pada fase ini biasanya amarahnya seringkali salah sasaran dan diproyeksikan kepada orang lain dan juga Tuhan.
(3) Tawar-menawar merupakan fase ketiga menjelang kematian dimana seseorang mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur. Beberapa orang membuka tawar-menawar atau negosiasi-seringkali dengan Tuhan-sambil mencoba untuk menunda kematian.
(4) Depresi merupakan fase keempat menjelang kematian dimana orang yang sekarat akhirnya menerima kematian. Pada titik ini, suatu periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul. Orang yang akan menjelang kematiannya akan menjadi pendiam, menolak pengunjung, serta menghabiskan banyak waktunya untuk menangis dan berduka. Perilaku ini normal pada situasi tersebut dan sebenarnya merupakan usaha nyata untuk melepaskan diri dari seluruh objek yang disayangi. Menurut Kubler-Ross, usaha untuk membahagiakan orang yang menjelang kematiannya pada fase ini justru menjadi penghalang karena orang tersebut perlu untuk merenungkan ancaman kematian.
(5) Penerimaan merupakan fase kelima menjelang kematian, dimana seseorang mengembangkan rasa damai, menerima takdir, dan dalam beberapa hal, ingin ditinggal sendiri. Pada fase ini perasaan dan rasa sakit pada fisik mungkin hilang. Kubler-Ross menggambarkan fase kelima ini sebagai akhir perjuangan menjelang kematian.
Kematian akan membawa duka cita (grive) yang berarti kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan terpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai disaat kita kehilangan seseorang yang kita cintai. Biasanya kehilangan yang paling sulit adalah kematian pasangan hidup. Menurut pandangan Averill (1968), menyebutkan bahwa kita akan melewati 3 fase duka cita setelah kita kehilangan seseorang yang kita cintai, yaitu terkejut, putus asa, dan pulih kembali. Sedangkan menurut Parkes (1972), menyebutkan bahwa ada 4 fase yang akan kita lalui, yaitu kelumpuhan, rindu, depresi, dan pulih kembali (Parkes,1972).[4]


BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain adalah dalam bentuk bimbingan serta pengarahan. Ketika manusia menginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia dewasa sudah mulai memilih nilai-nilai atau norma yang telah dianggap mereka baik untuk dirinya serta mereka berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai atau norma-norma yang telah dipilihnya tersebut.
Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 tahun ke atas). Permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosi adalah tanda penuaan yang cukup menyita perhatian. Saat individu memasuki dewasa akhir akan mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, dan pencarian makna hidup selanjutnya.
Beberapa cara menghadapi krisis di masa dewasa akhir adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik. Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.
Kematian biasanya terjadi di usia dewasa akhir, namun dapat juga terjadi pada pase perkembangan manapun. Kematian beberapa orang, khususnya anak-anak dan dewasa sering dianggap lebih tragis daripada kematian pada orang yang lanjut usia. Pada anak-anak dan dewasa muda kematian banyak disebabkan karena kecelakaan, sedang orang dewasa lanjut banyak disebabkan oleh penyakit kronis.
Duka cita merupakan kelumpuhan secara emosional, tidak percaya perpisahan, cemas, putus asa, sedih, dan kesepian yang muncul saat kita akan melalui tiga fase duka cita, yaitu terkejut, putus asa, dan pulih kembali. Sedang empat fase duka cita yaitu kelumpuhan, rindu, depresi, dan pulih kembali.


DAFTAR PUSTAKA
Genoie Papalia . E., Human Development,(mei,2008)
http://perkembangan bahasa.lansia.com.html
http://perkembangan kognitif.kompasiana.com.html 


[1] http://perkembangan kognitif.kompasiana.com.html 
[2] http://perkembangan kognitif.kompasiana.com.html 
[3] http://perkembangan bahasa.lansia.com.html
[4] Papalia . E. Genoie, Human Development,(mei,2008) cet 1, hlm 958- 959

0 comments:

Post a Comment