Wednesday, December 4, 2019

Aliran Fundalisme,Intelektualisme, Konservatisme dalam Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Seiring pergantian zaman, paham-paham yang berkembang didunia mengalami berbagai perubahan.Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir yang berkembang pada zaman tertentu.Ada pertentangan-pertentangan yang senantiasa bertarung dan secara silih berganti mendominasi pola pemikiran masyarakat.Misalnya pertarungan antara agama dan sains.Pada zaman pertengahan agama mendominasi, dan sains termarjinalkan.Selanjutnya pada zaman renaissance hingga sekarang, sains mendorninasi dan menjadi alat ukur kebenaran sedangkan agama lebih cenderung dimarjinalkan.Dalam tataran ideologi, pertarungan antara kapitalisme dan sosialisme mewarnai ideologi masyarakat dunia.Pertarungan antara keduanya tentu berdampak pada berbagai sector kehidupan masyarakat, salah satunya pada sector pendidikan.Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan seseorang.Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang nantinya menjadi bekal dalam kehidupan ditengah masyarakat.Pendidikan juga tidak bisa lepas dari ideologi yang berkembang ditengah masyarakat.Ideologi ini turut mewarnai pendidikan sehingga pendidikan yang dilakukan ditengah masyarakat memiliki karakteristik tertentu yang identik dengan ideologi tertentu pula seperti fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana  aliran fundalisme dalam pendidikan?
2. Bagaimana aliran intelektualisme dalam pendidikan?
3. Bagaimana aliran konservatisme dalam pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fundamentalisme dalam Pendidikan
Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (fundamental).[1]
Bagi seorang pendidik fundamentalis, masyarakat kontemporer di hadapkan pada keruntuhan moral dalam waktu deket, dan keharusan tertinggi yang musti dilakukan adalah merombak tolok ukur-tolok ukur keyakinan dan perilaku konvensional dengan cara kembali keciri-ciri kebaikan yang lebih tinggi dimasa silam. Sejalan dengan itu, sasaran pendidikan adalah untuk memulihkan cara-cara yang lebih tua umurnya dan yang lebih baik, dengan membangun kembali tatanan sosial yang ada.
Seperti juga dalam semua ideologi pendidikan, ada dua corak dasar fundamentalis pendidikan yang pertama adalah fundamentalis pendidikan sekular dan yang kedua adalah fundamentalis pendidikan religius. Yang sekular tidak memiliki kepastian-kepastian religius, dan meski kadang ia memakai peristilahan religius atau semu-religius, namun ia cenderung untuk mendasarkan posisinya pada prakiraan-prakiraan yang kurang lebih bersifat intuitif atau ‘akal sehat’, ketimbang mendasarkannya pada wahyu ataupun iman. Yang fundamentalis meyakini bahwa tujuan puncak pendidikan yakni, untuk membangkitkan kembali dan meneguhkan kembali cara-cara lama yang lebih baik, untuk memapankan kembali tolok ukur-tolok ukur tradisional dalam perilaku dan keyakinan selalu menjadi nomor dua dibawah sasaran universal dalam karya penyelamatan jiwa yang abadi, dan penyelamatan semacam itu terutama adalah persoalan mengenali dan mematuhi kehendak Tuhan sebagaimana telah diwahyukan melalui kitab-kitab suci yang diterima.[2]

Karakteristik fundamentalisme adalah sebagai berikut:
1)      Yakin bahwa pengetahuan utama merupakan alat untuk membangun kembali masyarakat dalam mengejar pola kesempurnaan moral yang pernah ada dimasa silam.
2)      Menekankan bahwa manusia adalah agen moral, menekankan ketaatan terhadap aturan moral yang jelas dan lengkap, dan menekankan nilai patriotisme yang dirumuskan secara sempit.
3)      Secara diam-diam ataupun terang-terangan anti intelaktual, menentang pengujian kritis terhadap pola-pola keyakinan dan perilaku yang mereka pilih.
4)      Pendidikan pertama-tama dipandang sebagai proses regenerasi moral.
5)      Memusatkan perhatian pada tujuan asli tradisi-tradisi serta lembaga-lembaga sosial yang ada, menekankan ‘kembali ke masa silam’ sebagai sebuah orientasi ulang yang bersifat korektif terhadap pandangan modern yang terlalu menekankan masa kini dan masa depan.
6)      Menekankan pengenalan kembali cara-cara lama yang sudah teruji oleh waktu, kebutuhan untuk kembali kepada kebaikan-kebaikan nyata atau yang dikhayalkan ada diera yang lalu.
7)      Berdasarkan pada sistem sosial dan keagamaan yang tertutup, yang menjadi ciri era sebelumnya, membela gerakan kembali kepada kondisi-kondisi yang lebih baik yang pernah berlangsung.[3]

B.      Intelektualisme dalam Pendidikan
Intelektualismeadalah ketaatan atau kesetiaan terhadap latihan daya pikir dan pencarian sesuatu berdasarkan ilmu. Intelektualisme berasal dari kata intelek yang merupakan kosakata Latin: intellectus yang berarti pemahaman, pengertian, kecerdasan. Intelektualisme mengharuskan adanya akal atau kecerdasan otak untuk berpikir secararasional.Plato dan Aristoteles merupakan tokoh intelektualis yang mendasari paham intelektualisme.[4]
Intelektualisme pendidikan, seperti juga ideologi-ideologi lainnya, didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu diwilayah filosofi moral dan filosofi politik. Sementara filosofi moral yang mengidentifikasi kebaikan tertinggi dengan pencerahan folisofis dan religius didasari oleh kesempatan penalaran, atau umumnya intelektualisme dilandasi oleh tiga prakiraan filosofis:
1.      Dunia ini penuh dengan makna dalam dirinya. Adanya kebenaran-kebenaran fundamental tertentu, hukum-hukum kodrat(alam) atau ketuhanan yang bersifat mutlak dan tak berubah, dan kebenaran-kebenaran ini mendahului atau menjadi preseden bagi pengalaman personal, serta menentukan pengalaman tersebut.
2.      Manusia tidak dilahirkan dengan bekal pengetahuan yang gemblang (eksplisit) mengenai kebenaran-kebenaran tadi, maka harus ada kesadaran yang bisa diperoleh melalui pengalaman tersebut.
3.      Dengan hanya segelintir kasus perkecualian seperti misalnya pewahyuan religius atau intuisi mistis dalam hampir semua kasus kebenaran-kebenaran tadi dapat dicapai dan dipahami lewat latihan penalaran.[5]
Ciri-ciri umum intelektualisme pendidikan:
1)      Menganggap bahwa pengetahuan adalah sebuah tujuan dalam dirinya sendiri, bahwa ‘tahu’ bukanlah sekedar cara meningkatkan keefektifan perilaku praktis semata.
2)      Menekankan manusia sebagai manusia, yakni bahwa manusia memiliki hakikat universal yang melampui keadaan-keadaan tertentu disuatu saat/tempat.
3)      Menekankan nilai-nilai intelektualisme tradisional, yakni pemupukan nalar serta penerusan kebijaksanaan spekulatif (filosofis).
4)      Memandang pendidikan sebagai sebuah orientasi kearah kehidupan secara umum, bukan sebagai hal penyesuaian situasional.
5)      Berpusat pada sejarah intelektual manusia sebagaimana dirumuskan dengan tradisi intelektual barat yang dominan (klasikisme).
6)      Menekankan stabilitas filosofis sebagai prioritas yang lebih tinggi ketimbang kebutuhan akan perubahan, menekankan stabilitas intelektual dan keberlanjutan (kontinuitas), apa yang biasa disebut ‘kebenaran-kebenaran kekal’ (perenial) yang melampaui ruang dan waktu.[6]

C.    Konservatisme dalam Pendidikan
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin:conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan".[7]
Bagi kaum konservatif, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi.Berciri “orientasi ke masa kini’, para pendidik konservatif sangat menghormati masa silam, namun ia terutama memusatkan perhatiannya pada kegunaan dan penerapan pola belajar mengajar di dalam konteks sosial yang ada sekarang.Ia ingin mempromosikan perkembangan masyarakat kontemporer yang seutuhnya dengan cara memastikan terjadinya perubahan yang perlahan-lahan dan bersifat organis yang sesuai dengan keperluan-keperluan legal serta kelembagaan yang sudah mapan. Dalam arti serupa, selagi kaum konservatif sekular sangat memperhatikan pelatihan watak serta disiplin intelektual sekaligus, kaum konservatif sekular itu terutama membaktikan diri pada sejenis persekolahan yang dirancang untuk menjamin adanya rasa hormat serta penghargaan (apresiasi) terhadap lembaga-lembaga dan praktik sosial yang ada. Berlawanan dengan penekanan kaum intelektualis terhadap masalah kajian filosofi dan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanitas), kaum konservatif cenderung memusat perhatian kepada disiplin ilmu yang lebih praktis dan lebih baru; sejarah, biologi, fisika; yang dianggap sebagai bidang-bidang yang secara langsung relevan dengan berbagai problema masyarakat komtemporer yang paling mendesak dan harus segera diselesaikan.
Sama halnya dengan dua ideologis ‘konservatif’ lainnya, funda mentalisme pendidikan dan intelektualisme pendidikan, ada dua tradisi mendasar dalam konservatisme pendidikan yang berkaitan dengan sikap-sikap yang menyangkut agama.[8]
Ciri-ciri konservatisme dalam pendidikan :
1)      Menganggap bahwa nilai dasar pengetahuan ada pada kegunaan sosialnya, bahwa pengetahuan adalah cara untuk mengajukan nilai-nilai sosial yang mapan.
2)      Menekankan peran manusia sebagai warganegara; manusia dalam perannya sebagai anggota sebuah negara yang mapan.
3)      Menekankan penyesuaian diri yang bernalar; menyadarkan diri pada jawaban-jawaban terbaik dari masa silam sebagai tuntunan yang paling bisa dipercaya untuk memandu tindakan dimasa kini.
4)      Memandang pendidikan sebagai sebuah pembelajaran (sosialisasi) nilai-nilai sistem yang mapan.
5)      Memusatkan perhatian kepada tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga sosial yang ada, menekankan situasi sekarang (yang dipandang melalui sudut pandang kesejarahan yang relatif dangkal dan berpusat pada etnisnya sendiri (etnosentris).
6)      Menekankan stabilitas budaya melebihi kebutuhan akan pembaharuan/perombakan budaya, hanya menerima perubahan-perubahan yang pada dasarnya cocok dengan tatnan sosial yang sudah mapan.
7)      Berdasarkan sebuah sistem budaya tertutup (etnosentrisme), menekankan tradisi-tradisi sosial yang dominan, dan menekankan perubahan secara bertahap didalam situasi sosial yang secara umum stabil.
8)      Mengakar kepada kepastian-kepastian yang sudah teruji oelh waktu, dan meyakini bahwa gagasan-gagasan serta praktik-praktik kemapanan lebih sahih dan handal ketimbang gagasan-gagasan serta praktik-praktik yang lahir dari spekulasi yang relatif tak terkendalikan.
9)      Menganggap bahwa wewenang intelektual tertinggi adalah budaya dominan dengan segenap sistem keyakinan dan perilakunya yang mapan.[9]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (fundamental).
Intelektualismeadalah ketaatan atau kesetiaan terhadap latihan daya pikir dan pencarian sesuatu berdasarkan ilmu.umumnya intelektualisme dilandasi oleh tiga prakiraan filosofis:1) Dunia ini penuh dengan makna dalam dirinya. 2)Manusia tidak dilahirkan dengan bekal pengetahuan yang gemblang (eksplisit) mengenai kebenaran-kebenaran tadi, maka harus ada kesadaran yang bisa diperoleh melalui pengalaman tersebut. 3) Dengan hanya segelintir kasus perkecualian.
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin: conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan".Bagi kaum konservatif, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi.


DAFTAR PUSTAKA
O’Neill, William F.2008.Ideologi-ideologi Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
https://id.wikipedia.org/wiki/Intelektualisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Konservatisme


[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Fundamentalisme diakses pada Senin, 8 Mei 2017 pukul 22.13 WIB
[2]William F.O’Neill.Ideologi-ideologi Pendidikan.(Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001),hlm 247-249
[3]William F.O’Neill.Ideologi-ideologi Pendidikan,.....hlm 250
[4]https://id.wikipedia.org/wiki/Intelektualisme diakses pada Senin, 8 Mei 2017 pukul 22.20 WIB
[5]William F.O’Neill.Ideologi-ideologi Pendidikan,.....hlm 260
[6]William F.O’Neill.Ideologi-ideologi Pendidikan,.....hlm 287
[7]https://id.wikipedia.org/wiki/Konservatisme diakses pada Senin, 8 Mei 2017 pukul 22.30 WIB
[8]William F.O’Neill.Ideologi-ideologi Pendidikan,.....hlm 333-335
[9]William F.O’Neill.Ideologi-ideologi Pendidikan,.....hlm 336-337

0 comments:

Post a Comment