BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, di era
globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat semua orang
berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik, menjadi yang paling unggul,
tidak jarang diantara mereka salimg menjatuhkan satu dengan yang lain.
Menghalalkan segala cara demi menjadi yang nomor satu. Manusia hanya memikirkan
kesenangan duniawiyah, ia terlena dengan gemerlapnya dunia yang fana hingga
melupakan urusan ukhrowiyyahnya
Perkembangan kemandirian merupakan
masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Terutama bagi peserta
didik yang memang dicetak sebagai penggerak bangsa masa depan. Jadi seorang
peserta didik harus tertanam sikap kemandirian guna menjadi insane yang berguna
bagi masyarakat dengan kemampuan sendiri.[1]
Untuk itu, dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang manusia Sholikh dan akram yang
memiliki kemandirian. Dengan harapan semoga kita dapat mengetahui dan menjalani
kehidupan yang lurus dan benar menurut jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah
melalui para utusan.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini
penulis membatasi pembahasan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian sholih ?
2. Apa Pengertian akrom ?
3. Kriteria insan sholih akram ?
4. Apa
pengertian kemandirian ?
5. Bagaimana
nilain dasar insan sholih akram yang memiliki kemandirian ?
3. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian sholih
2.
Untuk
mengetahui pengertian akram
3.
Untuk
mengetahui criteria insane sholih akram
4.
Untuk mengetahui
pengertian kemandirian
5.
Untuk
mengetahui nilai dasar insane sholih akram yang memiliki kemandirian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sholih
Seperti yang telah
kita ketahui, kata Sholih itu berasal dari bahasa arab. Secara epitimologi
sholih itu baik. Sedangkan secara terminologi sholih itu adalah sifat-sifat
baik yang dimiliki oleh seseorang.[2].
Kesholihan itu sendiri ada 2, yaitu kesholihan pribadi dan kesholihan sosial.
Sebelum kita sholih dalam kehidupan sosial kita harus mensholihkan diri
sendiri.
Dalam agama islam
dikenal yang namanya amalan-amalan sholih, diantaranya adalah membaca Alquran,
berdzikir, sholat, puasa, mencari ilmu yang manfaat, tadabbur, tafakkur, dsb.
Asalkan perbuatan itu bermanfaat maka bisa disebut sebagai amal sholih.
Misalnya belajar supaya bisa mengerjakan ujian. Jika amalan seperti itu
diniatkan karena Allah, meskipun amalan itu amalan dunia maka bisa menjadi
amalan akhirat. Dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Sholih juga dapat diartikan sebagai individu yang
mempunyai kesalehan horisontal, mampu membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus
mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan
zaman[3].
Di dalam bahasa arab, kata sholih memiliki arti yang
bervariasi, tergantung penerapan dan konteks yang berlangsung. Diantara makna
kata sholih adalah baik, benarm, selamat, pintar dll. Penerapan makna-makna ini
tergantung dengan siyahul kalam.
Adapun diantara
ciri-ciri orang yang sholih adalah sebagai berikut:
a. Salimul ‘Aqidah
Salimul ‘aqidah artinya keimanan yang lurus atau
kokoh. Aqidah atau keimanan kepada Allah merupakan fondasi bangunan keislaman.
Apabila fondasi keimanan itu kuat, insya allah amaliah keseharian pun akan
istiqamah (konsisten), tahan uji, dan handal. Keimanan itu sifatnya abstrak,
karenanya, untuk mengetahui apakah iman itu kokoh ataukah masih rapuh, kita
perlu mengetahui indikator atau tanda-tanda iman yang kokoh.
b. Memiliki
muraqabatullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh merasakan
Allah sangat dekat dengan dirinya, mengawasi seluruh ucap dan geraknya. Dengan
demikian akan tumbuh dari dirinya perilaku yang lurus dan selalu mawas diri.
Inilah yang disebut Muraqabatullah, yaitu kondisi psikis dimana kita merasa
ditatap, dilihat,dan diawasi Allah swt. kapan dan dimana pun berada.
c. Dzikrullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan merasakan kerinduan yang sangat kuat kepada Allah. Bila kita selalu merindukan-Nya, Dia pun akan merindukan kita. Dzikrullah adalah ekspresi kerinduan kepada Allah swt. “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah 62:10).
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan merasakan kerinduan yang sangat kuat kepada Allah. Bila kita selalu merindukan-Nya, Dia pun akan merindukan kita. Dzikrullah adalah ekspresi kerinduan kepada Allah swt. “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah 62:10).
d. Meninggalkan syirik
Syirik artinya meyakini ada kekuatan atau kekuasaan
yang setaraf dengan kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Allah swt. Orang yang
memiliki keimanan yang kokoh akan memiliki loyalitas atau kesetiaan yang fokus
kepada Allah swt., karenanya dia akan meninggalkan seluruh perbuatan syirik.
Syirik diklasifikasikan sebagai dosa yang paling besar sebagaimana dijelaskan
dalam keterangan berikut. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa :48)
e. Rajin membaca,
memahami, dan mengamalkan Al Qur’an
Al Qur’am merupakan kitab suci yang merekam seluruh
pesan-pesan Allah awt. Kita bisa menelaah apa saja yang Allas swt, sukai dan apa
yang dimurkai-Nya. Orang yang memiliki iman yang kokoh akan berusaha membaca,
memahami, dan mengamalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. “Ini adalah sebuah
kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang didalamnya penuh berkah, supaya
mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan supaya mendapatkan pelajaran
orang-orang yang mau menggunkan akalnya.” (QS. Shaad 38:29)
f. Shahihul ‘Ibadah
Karakter orang shaleh berikutnya adalah shahihul
ibadah, artinya benar dan tekun dalam beribadah. Ibadah adalah ekspresi
lahiriah pengabdian seorang hamba kepada Allah swt.
para ahli membagi ibadah pada dua bagian, yaitu:
· Ibadah ‘Ammah
Ibadah ‘Ammah adalah seluruh ucapan dan perbuatan –
baik tampak ataupun tidak tampak yang diridhai dan dicintai Allah swt.
Misalnya, mencari ilmu, mencari nafkah, hormat kepada orang tua, ramah pada
tetangga, dan lain-lain. Ini semua disebut ibadah ‘ammah karena teknik
pelaksanaanya tidak diatur secara detail tapi disesuaikan dengan tuntutan
situasional.
· Ibadah Khashshah
Ibadah Khasanah adalah ibadah yang teknik
pelaksanaanya ditentukan atau diatur secara detail oleh Rasulullah saw.
Musalnya ibadah shalat, haji, shaum, dan lain-lain. Kalau kita shalat, maka
ruku, sujud, dan seluruh gerakan serta bacaanya harus mengikuti sunah Rasulullah
saw. Kita tidak dibenarkan menambahi atau menguranginya karena shalat merupakan
ibadah khashshah. Allah swt. membalas seluruh pengabdian kita sesuai dengan
usaha dan kesungguhan yang kita lakukan. Makin rajin kita beribadah, Allah pun
makin dekat dengan kita. Makin malas kita mengabdi, Allah pun makin menjauhi
kita. Karena itulah orang-orang shaleh akan rajin, tekun, dan khusu dalam
beribadah kepada-Nya.
g. Akhlaqul Karimah
Orang shaleh bukan hanya pandai mengabdikan dirinya
kepada Allah swt. yang diekspresikannya dengan Aqidah Salimah dan Shahihul
Ibadah seperti yang telah dijabarkan di atas, tapi orang shaleh juga sangat
santun dan perhatian kepada sesama manusia. Sikap ini dalam bahasa praktis
disebut Akhlaqul Karimah, artinya berakhlak mulia dan santun kepada orang lain.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan sholih adalah
sifat – sifat baik yang dimiliki individu sehingga mampu membaca
tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
B.
Pengertian
Akram
Al-Akram adalah salah satu Al-Asma`ul Husna. Hal ini
berdasarkan firman Allah“Bacalah, dan Rabbmulah Al-Akram (Yang Maha Pemurah).”
(Al-’Alaq: 3)[4].
Al Akram, yang diambil dari ayat ‘Inna akramakum ‘inda
Allahi atqaakum’ (Al-Hujuraat, 13) diyakini sebagai bentuk ideal
seorang muslim. Yakni seseorang yang mempunyai keshalehan transendental dalam hubungannya
sebagai individu dengan Allah SWT. Muslim akram dipersonifikasikan melalui niat
yang baik, keikhlasan dan menjadikan motivasi seluruh aktifitas hidupnya
hanya kepada Allah (lillahi ta’ala).
C.
Kriteria insan yang
sholih dan akram
Setelah diperinci devinisi keduanya, di bawah ini akan
disebutkan kriteria-kriteria insan yang sholih akram. Berikut penjelasannya:[5]
- Al-Khirs
(semangat/ambisi)
Al Khirs dapat
dimaknai sebagai kecintaan dan keingintahuan terhadap ilmu dan pengetahuan yang
tinggi sehingga menjadi sehingga menjadi motivasi belajar yang tidak terkikis
waktu dan usia. Insan yang berkhirs tnggi akan melakukan segala cara demi
mendapatkan ilmu yang sedang ia pelajari.
- Al-Amanah (kejujuran)
“ Orang jujur akhirnya akan makmur”, ungkapan ini
mungkin sudah tidak asing lagi dari indera pendengar kita, Kejujuran merupakan
sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kejujuran di sini
dimaknai pula sebagai sifat sportif sekaligus upaya menghindari persaingan yang
saling menghancurkan.
3. Al-Tawadldlu’( rendah diri)
Sifat sederhana dan kerendah-hatian dalam konteks
hubungan sosial yang diejawantahkan dalam bentuk kesantunan dan kebersahajaan
dalam bertutur dan bertindak. Sifat al-Tawadldlu’ ini pulalah yang
melandasi rasa hormat seseorang kepada guru dan yang lebih tua tanpa mengurangi
dialektika akademik yang dinamis.
- Al-Istiqamah
(disiplin),
Baik dalam bentuk
kepatuhan terhadap aturan, komitmen dan konsensus maupun bentuk yang lain
seperti penghargaan terhadap waktu dan ketaatan memenuhi tanggung jawab yang
diemban.
- Al-Uswah
al-Hasanah (keteladanan),
Sebagai prinsip
utama dalam kepemimpinan sifat ini dikembangkan menjadi bentuk komunikasi yang
terbuka, demokratis, dapat menjadi role model bagi orang lain, siap
memimpin sekaligus bersedia dipimpin.
- Al-Zuhd (tidak
berorientasi pada materi),
Zuhud merupakan
kesadaran dirir akan buruknya harta dubia dan berharganya akhirat bagi diri.
Zuhud bukanlah benci pada dunia, melainkan menganggap remeh dan tidak
bergantung pada dunia, ia juga bukan berarti tidak memiliki dunia, melainkan
kepercayaan bahwa dunia ini hanyalah sebuah titipan yang akan segera diminta
kembali oleh yang menitipkan.
- Al-Kifah
al-Mudawamah (Kejuangan),
“Sampaikan;lah dariku
walau hanya satu ayat”, kalimat ini merupakan penggalan sabda Rasul yang
menunjukkan pentingnya berjuang menegakkan agama Islam. Jika tidak
diperjuangkan, lambat laun apa yang ada ini akan musnah, untuk itu, sebagai
mahasiswa, wajib baginya untuk memiliki sifat kejuangan untuk memperjuangkan
ajaran-ajaran yang sesuai dengan kaidah islam.
- Al-I’timad ala
al-Nafs (kemandirian)
Kemandirian merupakan
slah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap insan. Meskipun pada dasarnya
fitrah manusia adalah makhluk ssosial yang mana ia selalu membutuhkan bantuan
dari orang lain. Akan tetapi bantuan itu tidak seharusnya terus menerus, ada kalanya
kita harus mampu menyelesaikan masalah kita sendiri tanpa harus merepotkan
orang lain.
- Al-Tawashshuth
(Moderat),
Tawashshuth adalah
kondisi atau tempat yang ideal, dia berdiri di tengah-tengah, tidak memihak
satu dan memusuhi yang lainya melainkan mencoba menggabungkan beberapa aspek
yang saling berselisih. Insan yang sholih dan akram harus memiki sifat ini.
- Al-Barakah
Yang dimaksud barokah
adalah bertambahnya kebaikan menjadi lebih baik. Barokah ini merupakan
pelengkap sekaligus penyempurna dari sembilan nilai yang telah dibutkan
sebelumnya. Hal terakhir ini adalah nilai yang ‘tak kasat mata’ namun terasa
kehadirannya dan tercapai setelah nilai sebelumnya paripurna.
D. Pengertian Kemandirian
Istilah “kemandirian” berasal dari
kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian
membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari
kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari
pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri.
Menurut Chaplin (2002), otonomi atau
kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih menjadi
kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri.
Sedangkan menurut Erikson (dalam Monks,dkk,1989), menyatakan kemandirian adalah
usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya
melalui proses mencari identitas ego yaitu merupakan perkembangan kea rah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai
dengan kemapuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur
tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, dan lain lain. Kemandirian
merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari
pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut,
peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:[6]
a)
Suatu
kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan
dirinya sendiri
b)
Mampu
mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
c)
Memiliki
kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya
d)
Bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya
E.
Nilai Dasar
Sholih Akram Kemandirian
Dari uraian di atas, penulis
menyimpulkan nilai dasar sholih akram kemandirian adalah sifat – sifat baik
yang dimiliki individu sehingga mampu membaca tanda-tanda zaman sekaligus
mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan
zaman dengan menggunakan hokum – hokum Islam, di mana salah satu criteria insane
sholih akram adalah memiliki sifat Al-I’timad ala al-Nafs yaitu sifat
kemandirian tidak tergantung pada orang lain.
BAB III
KESIMPULAN
Ø Pengertian
sholih adalah sifat – sifat baik yang dimiliki individu
sehingga mampu membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola
kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Ø Pengertian
akram adalah seseorang
yang mempunyai keshalehan transendental dalam hubungannya sebagai individu
dengan Allah SWT
Ø Kriteria
sholih ahram yaitu memiliki sifat Al – khirs, Al- Amanah, At - Tawadhu’,
Al-Istiqamah, Al- Uswah Al-hasanah, Al-Zuhud, Al- Kifah Al Mudawamah,
Al-I’timad Ala Al-nafs, At-Tawashuth, Al-Barokah.
Ø Nilai dasar
sholih akram kemandirian berarti memiliki sifat kemandirian merupakan
salah satu criteria seseorang memiliki nilai dasar sholih akram.
DAFTAR
PUSTAKA
Diunduh dari
http://asyamforex.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html pada hari Kamis 20 November 2014
pada pukul 14.00
Diunduh dari http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
Diunduh dari
http://nasrudinalulya.blogspot.com/2013/02/ndsa.html pada hari Kamis 20 November 2014
pada pukul 14.00
Diunduh dari http://www.staimafa.ac.id/perguruan-tinggi-riset-berbasis-nilai-nilai-pesantren-sebagai-paradigma-pendidikan-tinggi-islam1/ pada hari seninkamis, 20 November 2014 pada jam
07.0014.00
[1] Diunduh dari
http://asyamforex.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html pada hari kamis, 20 November 2014
pada pukul 14.00
[2] Diunduh dari
http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari kamis 20 November 2014
pada pukul 14.00
[3] Diunduh dari http://www.staimafa.ac.id/perguruan-tinggi-riset-berbasis-nilai-nilai-pesantren-sebagai-paradigma-pendidikan-tinggi-islam1/ pada hari seninkamis, 20 November
2014 pada jam 04.00
[4] Diunduh dari
http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari Kamis 20 November 2014
pada pukul 14.00
[5] Diunduh dari
http://nasrudinalulya.blogspot.com/2013/02/ndsa.html pada hari Kamis 20 November 2014
pada pukul 14.00
[6] Diunduh dari http://asyamforex.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html pada hari Kamis 20 November 2014
pada pukul 14.00
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
0 comments:
Post a Comment