Sunday, January 27, 2019

makalah Kemandirian NDSA

BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat semua orang berlomba-lomba untuk  menjadi yang terbaik, menjadi yang paling unggul, tidak jarang diantara mereka salimg menjatuhkan satu dengan yang lain. Menghalalkan segala cara demi menjadi yang nomor satu. Manusia hanya memikirkan kesenangan duniawiyah, ia terlena dengan gemerlapnya dunia yang fana hingga melupakan urusan ukhrowiyyahnya
Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Terutama bagi peserta didik yang memang dicetak sebagai penggerak bangsa masa depan. Jadi seorang peserta didik harus tertanam sikap kemandirian guna menjadi insane yang berguna bagi masyarakat dengan kemampuan sendiri.[1]
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang  manusia Sholikh dan akram yang memiliki kemandirian. Dengan harapan semoga kita dapat mengetahui dan menjalani kehidupan yang lurus dan benar menurut jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah melalui para utusan.

2.    Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis membatasi pembahasan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.   Apa pengertian sholih ?
2.  Apa Pengertian akrom ?
3.  Kriteria insan sholih akram ?
4.  Apa pengertian kemandirian ?
5.  Bagaimana nilain dasar insan sholih akram yang memiliki kemandirian ?
3.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pengertian sholih
2.      Untuk mengetahui pengertian akram
3.      Untuk mengetahui criteria insane sholih akram
4.      Untuk mengetahui pengertian kemandirian
5.      Untuk mengetahui nilai dasar  insane sholih akram yang memiliki kemandirian

BAB II
                                                                PEMBAHASAN          

A.      Pengertian Sholih
Seperti yang telah kita ketahui, kata Sholih itu berasal dari bahasa arab. Secara epitimologi sholih itu baik. Sedangkan secara terminologi sholih itu adalah sifat-sifat baik yang dimiliki oleh seseorang.[2]. Kesholihan itu sendiri ada 2, yaitu kesholihan pribadi dan kesholihan sosial. Sebelum kita sholih dalam kehidupan sosial kita harus  mensholihkan diri sendiri.
Dalam agama islam dikenal yang namanya amalan-amalan sholih, diantaranya adalah membaca Alquran, berdzikir, sholat, puasa, mencari ilmu yang manfaat, tadabbur, tafakkur, dsb. Asalkan perbuatan itu bermanfaat maka bisa disebut sebagai amal sholih. Misalnya belajar supaya bisa mengerjakan ujian. Jika amalan seperti itu diniatkan karena Allah, meskipun amalan itu amalan dunia maka bisa menjadi amalan akhirat. Dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Sholih juga dapat diartikan sebagai individu yang mempunyai kesalehan horisontal, mampu membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman[3].
Di dalam bahasa arab, kata sholih memiliki arti yang bervariasi, tergantung penerapan dan konteks yang berlangsung. Diantara makna kata sholih adalah baik, benarm, selamat, pintar dll. Penerapan makna-makna ini tergantung dengan siyahul kalam.
Adapun diantara ciri-ciri orang yang sholih adalah sebagai berikut:
a.       Salimul ‘Aqidah 
Salimul ‘aqidah artinya keimanan yang lurus atau kokoh. Aqidah atau keimanan kepada Allah merupakan fondasi bangunan keislaman. Apabila fondasi keimanan itu kuat, insya allah amaliah keseharian pun akan istiqamah (konsisten), tahan uji, dan handal. Keimanan itu sifatnya abstrak, karenanya, untuk mengetahui apakah iman itu kokoh ataukah masih rapuh, kita perlu mengetahui indikator atau tanda-tanda iman yang kokoh.
b.      Memiliki muraqabatullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh merasakan Allah sangat dekat dengan dirinya, mengawasi seluruh ucap dan geraknya. Dengan demikian akan tumbuh dari dirinya perilaku yang lurus dan selalu mawas diri. Inilah yang disebut Muraqabatullah, yaitu kondisi psikis dimana kita merasa ditatap, dilihat,dan diawasi Allah swt. kapan dan dimana pun berada.
c.      Dzikrullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan merasakan kerinduan yang sangat kuat kepada Allah. Bila kita selalu merindukan-Nya, Dia pun akan merindukan kita. Dzikrullah adalah ekspresi kerinduan kepada Allah swt. “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah 62:10).
d.      Meninggalkan syirik
Syirik artinya meyakini ada kekuatan atau kekuasaan yang setaraf dengan kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Allah swt. Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan memiliki loyalitas atau kesetiaan yang fokus kepada Allah swt., karenanya dia akan meninggalkan seluruh perbuatan syirik. Syirik diklasifikasikan sebagai dosa yang paling besar sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa :48)
e.       Rajin membaca, memahami, dan mengamalkan Al Qur’an
Al Qur’am merupakan kitab suci yang merekam seluruh pesan-pesan Allah awt. Kita bisa menelaah apa saja yang Allas swt, sukai dan apa yang dimurkai-Nya. Orang yang memiliki iman yang kokoh akan berusaha membaca, memahami, dan mengamalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. “Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang didalamnya penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mau menggunkan akalnya.” (QS. Shaad 38:29)
f.       Shahihul ‘Ibadah
Karakter orang shaleh berikutnya adalah shahihul ibadah, artinya benar dan tekun dalam beribadah. Ibadah adalah ekspresi lahiriah pengabdian seorang hamba kepada Allah swt.
para ahli membagi ibadah pada dua bagian, yaitu:
·    Ibadah ‘Ammah
Ibadah ‘Ammah adalah seluruh ucapan dan perbuatan – baik tampak ataupun tidak tampak  yang diridhai dan dicintai Allah swt. Misalnya, mencari ilmu, mencari nafkah, hormat kepada orang tua, ramah pada tetangga, dan lain-lain. Ini semua disebut ibadah ‘ammah karena teknik pelaksanaanya tidak diatur secara detail tapi disesuaikan dengan tuntutan situasional.
·     Ibadah Khashshah
Ibadah Khasanah adalah ibadah yang teknik pelaksanaanya ditentukan atau diatur secara detail oleh Rasulullah saw. Musalnya ibadah shalat, haji, shaum, dan lain-lain. Kalau kita shalat, maka ruku, sujud, dan seluruh gerakan serta bacaanya harus mengikuti sunah Rasulullah saw. Kita tidak dibenarkan menambahi atau menguranginya karena shalat merupakan ibadah khashshah. Allah swt. membalas seluruh pengabdian kita sesuai dengan usaha dan kesungguhan yang kita lakukan. Makin rajin kita beribadah, Allah pun makin dekat dengan kita. Makin malas kita mengabdi, Allah pun makin menjauhi kita. Karena itulah orang-orang shaleh akan rajin, tekun, dan khusu dalam beribadah kepada-Nya.
g.      Akhlaqul Karimah
Orang shaleh bukan hanya pandai mengabdikan dirinya kepada Allah swt. yang diekspresikannya dengan Aqidah Salimah dan Shahihul Ibadah seperti yang telah dijabarkan di atas, tapi orang shaleh juga sangat santun dan perhatian kepada sesama manusia. Sikap ini dalam bahasa praktis disebut Akhlaqul Karimah, artinya berakhlak mulia dan santun kepada orang lain.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan sholih adalah sifat – sifat baik yang dimiliki individu sehingga  mampu membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
B.       Pengertian Akram
Al-Akram adalah salah satu Al-Asma`ul Husna. Hal ini berdasarkan firman Allah“Bacalah, dan Rabbmulah Al-Akram (Yang Maha Pemurah).” (Al-’Alaq: 3)[4].
Al Akram, yang diambil dari ayat ‘Inna akramakum ‘inda Allahi atqaakum’ (Al-Hujuraat, 13) diyakini sebagai bentuk ideal seorang muslim. Yakni seseorang yang mempunyai keshalehan transendental dalam hubungannya sebagai individu dengan Allah SWT. Muslim akram dipersonifikasikan melalui niat yang baik, keikhlasan dan menjadikan motivasi seluruh aktifitas hidupnya  hanya kepada Allah (lillahi ta’ala).
C.       Kriteria insan yang sholih dan akram
Setelah diperinci devinisi keduanya, di bawah ini akan disebutkan kriteria-kriteria insan yang sholih akram. Berikut penjelasannya:[5]
  1. Al-Khirs (semangat/ambisi)
Al Khirs dapat dimaknai sebagai kecintaan dan keingintahuan terhadap ilmu dan pengetahuan yang tinggi sehingga menjadi sehingga menjadi motivasi belajar yang tidak terkikis waktu dan usia. Insan yang berkhirs tnggi akan melakukan segala cara demi mendapatkan ilmu yang sedang ia pelajari.
  1. Al-Amanah (kejujuran)
“ Orang jujur akhirnya akan makmur”, ungkapan ini mungkin sudah tidak asing lagi dari indera pendengar kita, Kejujuran merupakan sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kejujuran di sini dimaknai pula sebagai sifat sportif sekaligus upaya menghindari persaingan yang saling menghancurkan.
3.   Al-Tawadldlu’( rendah diri)
Sifat sederhana dan kerendah-hatian dalam konteks hubungan sosial yang diejawantahkan dalam bentuk kesantunan dan kebersahajaan dalam bertutur dan bertindak. Sifat al-Tawadldlu’ ini pulalah yang melandasi rasa hormat seseorang kepada guru dan yang lebih tua tanpa mengurangi dialektika akademik yang dinamis.
  1. Al-Istiqamah (disiplin),
 Baik dalam bentuk kepatuhan terhadap aturan, komitmen dan konsensus maupun bentuk yang lain seperti penghargaan terhadap waktu dan ketaatan memenuhi tanggung jawab yang diemban.
  1. Al-Uswah al-Hasanah (keteladanan),
 Sebagai prinsip utama dalam kepemimpinan sifat ini dikembangkan menjadi bentuk komunikasi yang terbuka, demokratis, dapat menjadi role model bagi orang lain, siap memimpin sekaligus bersedia dipimpin.
  1. Al-Zuhd (tidak berorientasi pada materi),
Zuhud merupakan kesadaran dirir akan buruknya harta dubia dan berharganya akhirat bagi diri. Zuhud bukanlah benci pada dunia, melainkan menganggap remeh dan tidak bergantung pada dunia, ia juga bukan berarti tidak memiliki dunia, melainkan kepercayaan bahwa dunia ini hanyalah sebuah titipan yang akan segera diminta kembali oleh yang menitipkan.
  1. Al-Kifah al-Mudawamah (Kejuangan),
“Sampaikan;lah dariku walau hanya satu ayat”, kalimat ini merupakan penggalan sabda Rasul yang menunjukkan pentingnya berjuang menegakkan agama Islam. Jika tidak diperjuangkan, lambat laun apa yang ada ini akan musnah, untuk itu, sebagai mahasiswa, wajib baginya untuk memiliki sifat kejuangan untuk memperjuangkan ajaran-ajaran yang sesuai dengan kaidah islam.
  1. Al-I’timad ala al-Nafs (kemandirian)
Kemandirian merupakan slah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap insan. Meskipun pada dasarnya fitrah manusia adalah makhluk ssosial yang mana ia selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Akan tetapi bantuan itu tidak seharusnya terus menerus, ada kalanya kita harus mampu menyelesaikan masalah kita sendiri tanpa harus merepotkan orang lain.
  1.  Al-Tawashshuth (Moderat),
Tawashshuth adalah kondisi atau tempat yang ideal, dia berdiri di tengah-tengah, tidak memihak satu dan memusuhi yang lainya melainkan mencoba menggabungkan beberapa aspek yang saling berselisih. Insan yang sholih dan akram harus memiki sifat ini.
  1. Al-Barakah
Yang dimaksud barokah adalah bertambahnya kebaikan menjadi lebih baik. Barokah ini merupakan pelengkap sekaligus penyempurna dari sembilan nilai yang telah dibutkan sebelumnya. Hal terakhir ini adalah nilai yang ‘tak kasat mata’ namun terasa kehadirannya dan tercapai setelah nilai sebelumnya paripurna.

D.      Pengertian Kemandirian
Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri.

Menurut Chaplin (2002), otonomi atau kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih  menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Erikson (dalam Monks,dkk,1989), menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego yaitu merupakan perkembangan kea rah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemapuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, dan lain lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:[6]
a)      Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri
b)      Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
c)      Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya
d)     Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya

E.       Nilai Dasar Sholih Akram Kemandirian
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan  nilai dasar sholih akram kemandirian adalah sifat – sifat baik yang dimiliki individu sehingga  mampu membaca tanda-tanda zaman sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dengan menggunakan hokum – hokum Islam, di mana salah satu criteria insane sholih akram adalah  memiliki sifat Al-I’timad ala al-Nafs yaitu sifat kemandirian tidak tergantung pada orang lain.


BAB III
KESIMPULAN

Ø  Pengertian sholih adalah  sifat – sifat baik yang dimiliki individu sehingga  mampu membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Ø  Pengertian akram adalah seseorang yang mempunyai keshalehan transendental dalam hubungannya sebagai individu dengan Allah SWT

Ø  Kriteria sholih ahram yaitu memiliki sifat Al – khirs, Al- Amanah, At - Tawadhu’, Al-Istiqamah, Al- Uswah Al-hasanah, Al-Zuhud, Al- Kifah Al Mudawamah, Al-I’timad Ala Al-nafs, At-Tawashuth, Al-Barokah.

Ø  Nilai dasar sholih akram kemandirian berarti memiliki sifat kemandirian merupakan  salah satu criteria seseorang memiliki nilai dasar sholih akram.


DAFTAR PUSTAKA

Diunduh dari http://asyamforex.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
Diunduh dari http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
Diunduh dari http://nasrudinalulya.blogspot.com/2013/02/ndsa.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00





[1] Diunduh dari http://asyamforex.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html pada hari kamis, 20 November 2014 pada pukul 14.00
[2] Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
[4] Diunduh dari http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
[5] Diunduh dari http://nasrudinalulya.blogspot.com/2013/02/ndsa.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
[6] Diunduh dari http://asyamforex.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-kemandirian.html pada hari Kamis 20 November 2014 pada pukul 14.00
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

0 comments:

Post a Comment