1) Bahasa sebagai objek kajian linguistik karena bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir
dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Maka, linguistik itu pun menjadi
sangat luas bidang kajiannya. Oleh karena itu,kita bisa melihat adanya berbagai
cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau pandangan.
Secara umum, pembidangan linguistik itu adalah:
Pertama, menurut objek kajiannya, linguistik dapat dibagi
atas dua cabang besar, yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Objek
kajian linguistik mikro adalah struktur internal bahasa itu sendiri, mencakup
struktur fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon. Sementara itu, onjek
faktor-faktor diluar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis,
antropologis, dan etnolinguistik.
Kedua, menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat dibedakan
atas dua bidang besar, yaitu linguistik teoritis dan teoritis terapan. Kajian
teoritis hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik
secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan diajukan untuk menerapkan
kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis.
Ketiga, ada yang disebut linguistik sejarah dan sejarah
linguistik.
Kata Linguistik ( berpadanan dengan linguistics
dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa Perancis, dan linguistiek dalam
bahasa Belanda). Diturunkan dari kata bahasa latin Lingua yang berarti “
bahasa”. Didalam bahasa-bahasa “ Roman” yaitu bahasa –bahasa yang berasal dari
bahasa Latin, terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua
itu. Antara lain, lingua dalam bahasa Italia, lengue dalam bahasa Spanyol.
Langue (dan langage) dalam bahasa Perancis. Bahasa Inggris yang memungutnya
dari Langage Perancis menggunakan bentuk language. Tidak diketahui apakah kata
bahasa Arab lughotun masih berkaitan dengan deretan kata-kata diatas.
Disini, perlu diperhatikan bahwa bahasa perancis
mempunyai dua istilah, yaitu Langue dan Langage dengan makna yang berbeda.
Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti Bahasa Inggris,Bahasa Jawa atau
Bahasa Perancis. Sedangkan Langage berarti bahasa yang umum,seperti tampak
dalam ungkapan “manusia punya bahasa sedangkan binatang tidak”. Disamping
istilah Langue dan Langage Bahasa Perancis masih punya istilah lain mengenai
bahasa yaitu Parole. Yang dimaksud dengan parole adalah bahasa dalam wujudnya
yang nyata, yang konkret, yaitu yang berupa ujaran. Karena konkret, yang
diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langue mengacu pada
suatu sistem bahasa tertentu. Jadi, sifatnya lebih abstrak. Sedangkan Langage
adalah sistem bahasa manusia secara umum. Jadi, sifatnya paling abstrak.
Sebagai objek kajian linguistik, Parole merupakan objek
konkret karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para
bahasawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue merupakan objek yang abstrak
karena Langue itu berwujud sistem suatu bahasa tertentu secara keseluruhan,
sedangkan Langage merupakan objek yang paling abstrak karena dia berwujud
sistem bahasa secara Unversal yang dikaji Linguistik secara Parole itu, karena
Parole adalah yang berwujud konkret, yang nyata, yang dapat diamati atau
diobservasi
Ø Langage (al-lughah), Langue ( al-Lisan ) dan Parole (
al-kalam ).
Dalam Linguistik arti
bahasa dibedakan menjadi tiga, dengan meminjam istilah dari Bahasa Perancis,
yaitu Langage,Langue Parole.
v Langage
Langage adalah bahasa/sarana
yang digunakan manusia untuk berbicara dan berkomunikasi dengan sesamanya.
v Langue
Langue adalah bahasa
tertentu yang digunakan sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu komunitas
tertentu pula. Komunitas dimana sekelompok manusia menggunakan bahasa tertentu
ini disebut dengan Komunitas Linguistik. Ketika ada sekelompik manusia,
walaupun terdiri dari berbagai bangsa, tetapi mereka berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa yang sama, maka mereka dikatakan berada dalam satu bahasa
dalam konteks Langue ini. Langue ini dapat dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu
bahasa Lisan dan bahasa tulisan.
v Parole
Bahasa-bahasa manusia
didunia ini berbeda-beda, menurut aturan-aturan yang ada, tetapi dalam
menuturkannya pun masih terdapat berbagai macam perbedaan akibat berbedanya
cara tiap penutur dalam menuturkan bahasa tersebut. Bahasa yang bermacam-macam
menurut variasi cara penuturnya ini disebut dengan Parole.
2) Yang termasuk
dalam suatu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang
sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang
merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota
masyarakat bahasa Sunda adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan
bahasa Sunda. Dengan demikian, banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari
satu anggota masyarakat bahasa, karena disamping dia sebagai orang Indonesia,
dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu
diketahui, yaitu Idiolek,dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam
bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas
bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak
menulis, misalnya Hamka,Sutan Takdir
Alisyahbana, Hamingway, atau Mark Twain, maka kita akan dapat mengenali ciri
khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya,
kita di Indonesia mengenal adanya bahasa Jawa dialek Banyumas,,bahasa Jawa
dialek Tegal, bahasa Jawa dialek Surabaya, dan sebagainya.
Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut
dengan nama dialek regional, dialek areal, atu dialek geografi. Variasi bahasa
yang digunakan pada masa tertentu, misalnya bahasa Indonesia zaman Balai Pustaka, zaman Orde Baru, atau pada zaman
Abdullah bin Abdul Qadir Munsyi, lazim disebut dialek temporal atau juga
kronolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang
digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi
formal digunakan ragam bahasa baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak
formal digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar. Dari sarana yang
digunakan dapat dibedakan ragam lisan dan ragam tulisan. Juga ada ragam bahasa
bertelepon, ragam bahasa bertelegram, dan sebagainya. Untuk keperluan
pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah,ragam bahasa
jurnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
Bahasa itu
bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan
bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula.
Berdasarkan penuturnya, kita mengenal adanya dialek-dialek, baik dialek
regional maupun dialek sosial. Lalu berdasarkan mengenal adanya ragam-ragam
bahasa, seperti ragam jurnalistik, ragam sastra, ragam ilmiah, dan sebagainya.
Dalam beberapa masyarakat tertentu ada
semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang
dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang pertama adalah variasi bahasa
tinggi, (biasa disebut variasi bahasa T),dan yang lain variasi bahasa rendah
(biasa disebut R). Variasi T digunakan dalam
situasai-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam
pendidikan, khotbah, surat menyurat resami, dan buku pelajaran. Variaasaia T
ini harus dipelajaarai melalui pendidikan foarmal disekolah-sekolah. Sedangkan variasi
bahasa R digunakan situasi yang tidak formal seperti dirumah, diwaraung,
dijalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri. Variasi R
ini dipelajari secara langsung didalam masyarakaat umum, dan tidaka pernah
dalam pendidikan formal keadaan ini, adanya pembedaaan variasi bahasa T dan
bahasa R disebut dengan istilah diglosia ( Ferguson 1964 ). Masayarakat
mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat diglosis.
Variasi bahasa T dan R ini biasanya mempunyai
nama yang berlaianan. Variasi bahasa Yunani T disebut katherevusa dan
variasi bahasa Yunani R disebut dimotiki;variasi bahasa Arab T disebut
al-fusha dan variasi bahasa Arab R disebut ad-darij; variasi bahasa Jerman
Swiss T disebut Schriftsdrache dan variasi bahasa Jerman Swiss R disebut
Schweizerdeutsch. Dalam bahasa Indonesia variasi bahasa, barang kali, sama
dengan ragam bahasa Indonesia baku dan variasi bahasa R sama dengan ragam
bahasa Indonesian non baku.
3) Bidang linguistik murni mencakup fonetik dan
Fonologi,Morfologi, Sintaksis,Semantik dan Progmatik.
Ø Fonologi.
Fonologi mengkaji bunyi
bahasa berdasar fungsinya sebagai pembeda makna dan terkait dengan bahasa
tertentu. Dalam fonologi yang diperhatikan perbedaan yang fungsional, yang
berguna untuk membedakan makna. Dengan kata lain, Fonologi adalah kajian
tentang bunyi bahasa dilihat dari segi fungsinya dalam sistem komunikasi
linguistik, dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut dinamakan fonem,. Jika
tidak, hanya disebut fon. Fonologi boleh disebut sebagai ilmu bunyi yang
fungsional. Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa.
Ø Morfologi (‘ilm al-Sharf) Bahasa Arab.
Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata
bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal proses
pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Dalam ilmu Bahasa Arab ilmu ini lebih dikenal dengan
‘Ilm al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah struktur
intern kata. Secara terminologi, Morfologi adalah salah satu dari bidang
linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal.
Ø Sintaksis (‘Ilm Al-Nahwu) Bahasa Arab.
Secara etimologi,
sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat. Sintaksis merupakan cabang Linguistik yang menyangkut susunan
kata-kata didalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara
tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang
mempelajari hubungan antara kata, frase, klausa, kalimat yang lain. Kata,
frasa, klausa dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan
sintaksis..
Ø .Semantik (‘Ilm Al-Dulalah).
Semantik adalah bidang
kajian linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Dengan kata
lain, semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa. Dalam
bahasa Arab, semantik dikenal dengan ‘Ilm Al-Dulalah.
Semantik mempelajari makna
satuan-satuan Lingual bahasa, yaitu kata,frasa, klausa dan kalimat. Fromkin dan
Rodman menyebut kajian makna kata dan hubungan makna antar kata sebagai
semantik leksikal. Sedangkan kajian makna unit sintaksis yang lebih besar dari
pada kata disebut semantik frasa dan
semantik kalimat. Oleh Cruse (2000.267).
Bolehkah kajian Morfologi
masuk dalam kajian Sintaksis,sebagaimana yang dilakukan oleh Chomsky dan Ibn
Malik pengarang kitab alfiyah, jelaskan!
Menurut saya, Boleh. Karena,Mempelajari suatu Bahasa
berarti mempelajari sistemnya. Yaitu bentuk dan pengorganisasian aturan-aturan
yang ada, yang akhirnya membentuk struktur bahasa tersebut. Sintaksis dan
Morfologi merupakan dasar dari tata bahasa atau sebagai pusat dari mekanisme tadi.
Dari dua bidang tersebut kita dapat mempelajari bidang-bidang lain dari tata
bahasa. Dengan mempelajari tata bahasa, kita dapat mengetahui berbagai berbagai
kaidah dan aturan bahasa, sehinggga kita bisa menggunakan Bahasa tersebut
dengan baik. Selain itu, kita juga bisa memahami struktur dan cara kerja suatu
bahasa, yang nantinya akan menjembatani hubungan kita dengan orang lain, dalam
rangka pengembangan potensi dan intelektualitas dan budaya.sebagaimana halnya
Morfologi menyangkut struktur Internal kata. Maka Sintaksis berurusan dengan
struktur antar kata itu, atau struktur eksternal. Dengan kata lain, Morfologi
bersama-sama dengan sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa.
Dalam wawasan kebahasaan atau dalam studi linguistik, tata bahasa mengacu pada
simpulan umum tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang ada dalam
bahasa.dalam bahasa Arab Sintaksis lebih dikenal dengan ‘Ilm Al-Nahw.
4) Dalam bab
Morfologi berbicara seluk beluk morfem,perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi
berdasarkan bentuk normal yang dimiliki morfem tersebut. Semua morfem dasar
bebas yang dibicarakan adalah termasuk morfem utuh, seperti
(meja),(kursi),(kecil),(laut),dan (pensil) .Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti
(ter-), (ber-), (henti),(juang). Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang
terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya, pada kata Indonesia
kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu (1) dan satu morfem terbagi, yakni
(ke-/-an), kata perbuatan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu (buat) dan satu
morfem terbagi, yaitu (per-/-an). Dalam bahasa Arab, semua morfem akar untuk
verba adalah morfem terbagi, yang terdiri atas tiga buah konsonan yang
dipisahkan oleh tiga buah vocal, merupakan morfem terikat yang terbagi pula.
Misalnya morfem akar terbagi (ka-t-b) ‘tulis’ merupakan dasar untuk kata-kata:
Kataba ‘ia (laki-laki) menulis’
Katabat ‘ia (
perempuan) menulis’
Katabta ‘engkau (laki-laki) menulis’
Katabti
‘ engkau’ (perempuan) menulis’
Katabtu
‘ saya menulis’
Maktabun
‘kantor,toko,buku,perpustakaan’.
Sehubungan
dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia, ada catatan yang perlu
diperhatikan, yaitu :
Pertama,
semua afiks yang disebut konfiks seperti (ke-/-an),(ber-/-an), (per-/-an), dan
(pe-/-an) adalah termasuk morfem terbagi. Namun, bentuk (ber-/-an) bisa
merupakan konfiks, seperti bermunculan banyak yang tiba-tiba muncul; dan
bermusuhan memusuhi; tetapi bisa juga bukan konfiks, seperti pada beraturan
mempunyai aturan; dan berpakaian menggunakan pakaian; untuk menentukan apakah
bentuk (ber-/-an) konfiks/bukan konfiks, harus diperhatikan makana gramatikal
yang disandangnya.
Kedua,
dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks yakni afiks yang
disisipkan ditengah morfem dasar. Misalnya, afiks (-er-) pada kata gerigi,
infiks (-el-) pada kata pelatuk, dan infiks (-em-) pada kata gemetar. Dengan
demikian, infiks tersebut telah mengubah morfem utuh (gigi) menjadi morfem
terbagi (g-/-igi), morfem utuh (patuk) menjadi morfem terbagi (p-/-atuk), dan
mengubah morfem utuh (getar) menjadi morfem terbagi (g-/-etar).
Untuk
memaknai antara Arab dengan Indonesia.
Hakikat makna
Menurut De Saussure dengan teori
tanda linguistiknya setiap tanda linguistik/tanda bahasa terdiri dari 2
komponen yaitu komponen signifikan atau “ yang mengartikan “ yang wujudnya
berupa tuntunan bunyi, dan komponen signifie atau “yang diartikan” yang
wujudnya berupa pengertian atau konsep ( yang dimiliki oleh significan ).
Umpamanya, tanda linguistic berupa (ditampilkan dalam bentuk) ortografis
(meja), terdiri dari significan, yakni berupa runtutan fonem /m/,/e/,/j/, dan
/aa/; dan komponen signifienya berupa konsep atau makna sejenis perabot kantor
atau rumah tangga dan dia tidak mempunyai teman.
Bahaasa Ibrani dan bahasa Arab
banyak dipelajari orang pada akhir abad pertengahan. Kedua bahasa itu diakui
resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Bahasa Ibrani perlu diketaahui
dan dipelajari karena kedudukannya sebagai bahasa kitab perjanjian lama dan
kitab perjanjian baaru. Beberapa buku tata bahasa Ibrani telah ditulis orang
pada zaman Renainsans itu, antara lain oleh Roger Barcon, Reuchlin, dan N.
Clenard.Buku tata bahasa yang ditulis Reuchlin berjudul De Rudimentis
Hebraicis. Yang menarik dari buku Reuchlin ini adalah tentang penggolongan
kata. Berbeda dengan penggolongan kata dalam bahasa Yunani dan latin, Reuchlin
menggunakan kata bahasa Ibrani atas momen, verbum, dan partikel. Penggolongan
ini mirip dengan penggolongan kata dalam linguistic Arab, yang menjadi
ismun,fi’lun dan harfun.
Sesungguhnya
bahasa Ibrani dan bahasa Arab memang dua bahasa yang serumpun,; dan
perkembangan studi bahasa Ibrani sejalan dengan perkembangan linguistic bahasa
Arab yang memang sudah lebih dahulu memperoleh kemajuan. Itulah sebabnya,
istilah-istilah dan kategori-kategori yang digunakan banyak diambil dari bahasa
Arab.
Linguistic Arab berkembang pesat karena
kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa kitaab suci agama Islam, yaaitu Qur’an;
sedangkan bahasa kitab suci itu menurut pendapat kebanyakaan Ulama’ Islam tidak
boleh diterjemahkan kedalam bahasa lain. Ditafsirkan memang boleh, tetapi
diterjemahkan tidak. Ada dua aliran linguistik Arab, yaitu aliran Basra, daan
aliran Kufah, yang namanya diambil sesuai dengan nama pengaruh konsep anaalogia
dari zaman Yunani. Oleh karena itulah, mereka berpegang teguh pada kereguleran
dan kesistematisan bahasa Arab. Studi bahasa Arab mencapai puncaknya pada abad
ke-8 dengan terabitnya buku bahasa Arab
berjudul Al-kitab, atau yang lebih terkenal dengan namaa kitab Al Ayn, karya
Sibawaihi dari kelompok linguistik Basra.
5)
Ferdinand De Sauussure
dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern.
Masa antara lahirnya Linguistik Modern dengan masa berakhirnya zaman Renainsans
ada satu tonggak yang sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan
kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan
bahasa-bahasa Jerman lainnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Sir William Jones
dari East India Company dihadapan The Royal Asiatic Society diKalkuta pada
tahun 1786. Pernyataan Sir William Jones itu telah membuka babak baru sejarah
Linguistik, yakni dengan berkembangnya Studi Linguistik bandingan atau
Linguistik Historis,Komparatif, serta Studi mengenai hakikat bahasa secara
Linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani Kuno.
Bila kita simpulkan, pembicaraan mengenai Linguistik
tradisional diatas, maka secara singkat dapat dikatakan,bahwa:
a)
Pada tata bahasa
Tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan
bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada bahasa
tulisan.
b)
Bahasa yang disusun tata
bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa
lain, terutama bahasa Latin.
c)
Kaidah-kaidah bahasa
dibuat secara Prespiktif, yakni benar atau salah.
d)
Persoalan kebahasaan sering
kali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
e)
Penemuan-penemuan atau
kaidah-kaidah terdahulu cenderang untuk selalu dipertahankan.
Dari
butir-butir kesimpulan itu jelas bahwa konsep dan pegangan tata bahasa
Tradisional terhadap bahasa tidak sama dengan konsep menurut Linguistik Modern.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Chaer,Linguistik Umum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2011)
Cet.ke-4
Moch.
Syarif Hidayatullah, M.Hum, Dr.Abdullah, MA.Pengantar Linguistik Bahasa Arab
(Klasik Modern). (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Yakarta,2010).Cet. ke-1.
0 comments:
Post a Comment