Thursday, January 31, 2019

Bahasa sebagai objek kajian linguistik


1)       Bahasa sebagai objek kajian linguistik karena bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Maka, linguistik itu pun menjadi sangat luas bidang kajiannya. Oleh karena itu,kita bisa melihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau pandangan. Secara umum, pembidangan linguistik itu adalah:
Pertama, menurut objek kajiannya, linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar, yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Objek kajian linguistik mikro adalah struktur internal bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon. Sementara itu, onjek faktor-faktor diluar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologis, dan etnolinguistik.
Kedua, menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besar, yaitu linguistik teoritis dan teoritis terapan. Kajian teoritis hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan diajukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis.
Ketiga, ada yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik.
Kata Linguistik ( berpadanan dengan linguistics dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa Perancis, dan linguistiek dalam bahasa Belanda). Diturunkan dari kata bahasa latin Lingua yang berarti “ bahasa”. Didalam bahasa-bahasa “ Roman” yaitu bahasa –bahasa yang berasal dari bahasa Latin, terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua itu. Antara lain, lingua dalam bahasa Italia, lengue dalam bahasa Spanyol. Langue (dan langage) dalam bahasa Perancis. Bahasa Inggris yang memungutnya dari Langage Perancis menggunakan bentuk language. Tidak diketahui apakah kata bahasa Arab lughotun masih berkaitan dengan deretan kata-kata diatas.
Disini, perlu diperhatikan bahwa bahasa perancis mempunyai dua istilah, yaitu Langue dan Langage dengan makna yang berbeda. Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti Bahasa Inggris,Bahasa Jawa atau Bahasa Perancis. Sedangkan Langage berarti bahasa yang umum,seperti tampak dalam ungkapan “manusia punya bahasa sedangkan binatang tidak”. Disamping istilah Langue dan Langage Bahasa Perancis masih punya istilah lain mengenai bahasa yaitu Parole. Yang dimaksud dengan parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yaitu yang berupa ujaran. Karena konkret, yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu. Jadi, sifatnya lebih abstrak. Sedangkan Langage adalah sistem bahasa manusia secara umum. Jadi, sifatnya paling abstrak.
Sebagai objek kajian linguistik, Parole merupakan objek konkret karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue merupakan objek yang abstrak karena Langue itu berwujud sistem suatu bahasa tertentu secara keseluruhan, sedangkan Langage merupakan objek yang paling abstrak karena dia berwujud sistem bahasa secara Unversal yang dikaji Linguistik secara Parole itu, karena Parole adalah yang berwujud konkret, yang nyata, yang dapat diamati atau diobservasi
Ø  Langage (al-lughah), Langue ( al-Lisan ) dan Parole ( al-kalam ).
Dalam Linguistik arti bahasa dibedakan menjadi tiga, dengan meminjam istilah dari Bahasa Perancis, yaitu Langage,Langue Parole.
v  Langage
Langage adalah bahasa/sarana yang digunakan manusia untuk berbicara dan berkomunikasi dengan sesamanya.
v  Langue
Langue adalah bahasa tertentu yang digunakan sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu pula. Komunitas dimana sekelompok manusia menggunakan bahasa tertentu ini disebut dengan Komunitas Linguistik. Ketika ada sekelompik manusia, walaupun terdiri dari berbagai bangsa, tetapi mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang sama, maka mereka dikatakan berada dalam satu bahasa dalam konteks Langue ini. Langue ini dapat dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu bahasa Lisan dan bahasa tulisan.
v  Parole
Bahasa-bahasa manusia didunia ini berbeda-beda, menurut aturan-aturan yang ada, tetapi dalam menuturkannya pun masih terdapat berbagai macam perbedaan akibat berbedanya cara tiap penutur dalam menuturkan bahasa tersebut. Bahasa yang bermacam-macam menurut variasi cara penuturnya ini disebut dengan Parole.
2)       Yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Sunda adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Sunda. Dengan demikian, banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa, karena disamping dia sebagai orang Indonesia, dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu Idiolek,dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis,  misalnya Hamka,Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark Twain, maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya, kita di Indonesia mengenal adanya bahasa Jawa dialek Banyumas,,bahasa Jawa dialek Tegal, bahasa Jawa dialek Surabaya, dan sebagainya.
Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional, dialek areal, atu dialek geografi. Variasi bahasa yang digunakan pada masa tertentu, misalnya bahasa Indonesia zaman  Balai Pustaka, zaman Orde Baru, atau pada zaman Abdullah bin Abdul Qadir Munsyi, lazim disebut dialek temporal atau juga kronolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan ragam lisan dan ragam tulisan. Juga ada ragam bahasa bertelepon, ragam bahasa bertelegram, dan sebagainya. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah,ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
       Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Berdasarkan penuturnya, kita mengenal adanya dialek-dialek, baik dialek regional maupun dialek sosial. Lalu berdasarkan mengenal adanya ragam-ragam bahasa, seperti ragam jurnalistik, ragam sastra, ragam ilmiah, dan sebagainya.
       Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang pertama adalah variasi bahasa tinggi, (biasa disebut variasi bahasa T),dan yang lain variasi bahasa rendah (biasa disebut R). Variasi T digunakan dalam situasai-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat menyurat resami, dan buku pelajaran. Variaasaia T ini harus dipelajaarai melalui pendidikan foarmal disekolah-sekolah. Sedangkan variasi bahasa R digunakan situasi yang tidak formal seperti dirumah, diwaraung, dijalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri. Variasi R ini dipelajari secara langsung didalam masyarakaat umum, dan tidaka pernah dalam pendidikan formal keadaan ini, adanya pembedaaan variasi bahasa T dan bahasa R disebut dengan istilah diglosia ( Ferguson 1964 ). Masayarakat mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat diglosis.
            Variasi bahasa T dan R ini biasanya mempunyai nama yang berlaianan. Variasi bahasa Yunani T disebut katherevusa dan variasi bahasa Yunani R disebut dimotiki;variasi bahasa Arab T disebut al-fusha dan variasi bahasa Arab R disebut ad-darij; variasi bahasa Jerman Swiss T disebut Schriftsdrache dan variasi bahasa Jerman Swiss R disebut Schweizerdeutsch. Dalam bahasa Indonesia variasi bahasa, barang kali, sama dengan ragam bahasa Indonesia baku dan variasi bahasa R sama dengan ragam bahasa Indonesian non baku.
3)      Bidang linguistik murni mencakup fonetik dan Fonologi,Morfologi, Sintaksis,Semantik dan Progmatik.
Ø  Fonologi.
Fonologi mengkaji bunyi bahasa berdasar fungsinya sebagai pembeda makna dan terkait dengan bahasa tertentu. Dalam fonologi yang diperhatikan perbedaan yang fungsional, yang berguna untuk membedakan makna. Dengan kata lain, Fonologi adalah kajian tentang bunyi bahasa dilihat dari segi fungsinya dalam sistem komunikasi linguistik, dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut dinamakan fonem,. Jika tidak, hanya disebut fon. Fonologi boleh disebut sebagai ilmu bunyi yang fungsional. Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa.
Ø  Morfologi (‘ilm al-Sharf) Bahasa Arab.
Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam ilmu Bahasa Arab ilmu ini lebih dikenal dengan ‘Ilm al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah struktur intern kata. Secara terminologi, Morfologi adalah salah satu dari bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal.
Ø  Sintaksis (‘Ilm Al-Nahwu) Bahasa Arab.
Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis merupakan cabang Linguistik yang menyangkut susunan kata-kata didalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata, frase, klausa, kalimat yang lain. Kata, frasa, klausa dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan sintaksis..
Ø  .Semantik (‘Ilm Al-Dulalah).
Semantik adalah bidang kajian linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Dengan kata lain, semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa. Dalam bahasa Arab, semantik dikenal dengan ‘Ilm Al-Dulalah.
Semantik mempelajari makna satuan-satuan Lingual bahasa, yaitu kata,frasa, klausa dan kalimat. Fromkin dan Rodman menyebut kajian makna kata dan hubungan makna antar kata sebagai semantik leksikal. Sedangkan kajian makna unit sintaksis yang lebih besar dari pada kata disebut semantik frasa   dan semantik kalimat. Oleh Cruse (2000.267).
Bolehkah kajian Morfologi masuk dalam kajian Sintaksis,sebagaimana yang dilakukan oleh Chomsky dan Ibn Malik pengarang kitab alfiyah, jelaskan!
Menurut saya, Boleh. Karena,Mempelajari suatu Bahasa berarti mempelajari sistemnya. Yaitu bentuk dan pengorganisasian aturan-aturan yang ada, yang akhirnya membentuk struktur bahasa tersebut. Sintaksis dan Morfologi merupakan dasar dari tata bahasa atau sebagai pusat dari mekanisme tadi. Dari dua bidang tersebut kita dapat mempelajari bidang-bidang lain dari tata bahasa. Dengan mempelajari tata bahasa, kita dapat mengetahui berbagai berbagai kaidah dan aturan bahasa, sehinggga kita bisa menggunakan Bahasa tersebut dengan baik. Selain itu, kita juga bisa memahami struktur dan cara kerja suatu bahasa, yang nantinya akan menjembatani hubungan kita dengan orang lain, dalam rangka pengembangan potensi dan intelektualitas dan budaya.sebagaimana halnya Morfologi menyangkut struktur Internal kata. Maka Sintaksis berurusan dengan struktur antar kata itu, atau struktur eksternal. Dengan kata lain, Morfologi bersama-sama dengan sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa. Dalam wawasan kebahasaan atau dalam studi linguistik, tata bahasa mengacu pada simpulan umum tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang ada dalam bahasa.dalam bahasa Arab Sintaksis lebih dikenal dengan ‘Ilm Al-Nahw.
4)       Dalam bab Morfologi berbicara seluk beluk morfem,perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk normal yang dimiliki morfem tersebut. Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan adalah termasuk morfem utuh, seperti (meja),(kursi),(kecil),(laut),dan (pensil) .Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti (ter-), (ber-), (henti),(juang). Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya, pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu (1) dan satu morfem terbagi, yakni (ke-/-an), kata perbuatan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu (buat) dan satu morfem terbagi, yaitu (per-/-an). Dalam bahasa Arab, semua morfem akar untuk verba adalah morfem terbagi, yang terdiri atas tiga buah konsonan yang dipisahkan oleh tiga buah vocal, merupakan morfem terikat yang terbagi pula. Misalnya morfem akar terbagi (ka-t-b) ‘tulis’ merupakan dasar untuk kata-kata:

Kataba ‘ia (laki-laki) menulis’
Katabat  ‘ia ( perempuan) menulis’
Katabta ‘engkau (laki-laki) menulis’
Katabti ‘ engkau’ (perempuan) menulis’
Katabtu ‘ saya menulis’
Maktabun ‘kantor,toko,buku,perpustakaan’.

Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia, ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu :
Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti (ke-/-an),(ber-/-an), (per-/-an), dan (pe-/-an) adalah termasuk morfem terbagi. Namun, bentuk (ber-/-an) bisa merupakan konfiks, seperti bermunculan banyak yang tiba-tiba muncul; dan bermusuhan memusuhi; tetapi bisa juga bukan konfiks, seperti pada beraturan mempunyai aturan; dan berpakaian menggunakan pakaian; untuk menentukan apakah bentuk (ber-/-an) konfiks/bukan konfiks, harus diperhatikan makana gramatikal yang disandangnya.
Kedua, dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks yakni afiks yang disisipkan ditengah morfem dasar. Misalnya, afiks (-er-) pada kata gerigi, infiks (-el-) pada kata pelatuk, dan infiks (-em-) pada kata gemetar. Dengan demikian, infiks tersebut telah mengubah morfem utuh (gigi) menjadi morfem terbagi (g-/-igi), morfem utuh (patuk) menjadi morfem terbagi (p-/-atuk), dan mengubah morfem utuh (getar) menjadi morfem terbagi (g-/-etar).
Untuk memaknai antara Arab dengan Indonesia.
            Hakikat makna
            Menurut De Saussure dengan teori tanda linguistiknya setiap tanda linguistik/tanda bahasa terdiri dari 2 komponen yaitu komponen signifikan atau “ yang mengartikan “ yang wujudnya berupa tuntunan bunyi, dan komponen signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep ( yang dimiliki oleh significan ). Umpamanya, tanda linguistic berupa (ditampilkan dalam bentuk) ortografis (meja), terdiri dari significan, yakni berupa runtutan fonem /m/,/e/,/j/, dan /aa/; dan komponen signifienya berupa konsep atau makna sejenis perabot kantor atau rumah tangga dan dia tidak mempunyai teman.
            Bahaasa Ibrani dan bahasa Arab banyak dipelajari orang pada akhir abad pertengahan. Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Bahasa Ibrani perlu diketaahui dan dipelajari karena kedudukannya sebagai bahasa kitab perjanjian lama dan kitab perjanjian baaru. Beberapa buku tata bahasa Ibrani telah ditulis orang pada zaman Renainsans itu, antara lain oleh Roger Barcon, Reuchlin, dan N. Clenard.Buku tata bahasa yang ditulis Reuchlin berjudul De Rudimentis Hebraicis. Yang menarik dari buku Reuchlin ini adalah tentang penggolongan kata. Berbeda dengan penggolongan kata dalam bahasa Yunani dan latin, Reuchlin menggunakan kata bahasa Ibrani atas momen, verbum, dan partikel. Penggolongan ini mirip dengan penggolongan kata dalam linguistic Arab, yang menjadi ismun,fi’lun dan harfun.
Sesungguhnya bahasa Ibrani dan bahasa Arab memang dua bahasa yang serumpun,; dan perkembangan studi bahasa Ibrani sejalan dengan perkembangan linguistic bahasa Arab yang memang sudah lebih dahulu memperoleh kemajuan. Itulah sebabnya, istilah-istilah dan kategori-kategori yang digunakan banyak diambil dari bahasa Arab.
Linguistic Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa kitaab suci agama Islam, yaaitu Qur’an; sedangkan bahasa kitab suci itu menurut pendapat kebanyakaan Ulama’ Islam tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa lain. Ditafsirkan memang boleh, tetapi diterjemahkan tidak. Ada dua aliran linguistik Arab, yaitu aliran Basra, daan aliran Kufah, yang namanya diambil sesuai dengan nama pengaruh konsep anaalogia dari zaman Yunani. Oleh karena itulah, mereka berpegang teguh pada kereguleran dan kesistematisan bahasa Arab. Studi bahasa Arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terabitnya  buku bahasa Arab berjudul Al-kitab, atau yang lebih terkenal dengan namaa kitab Al Ayn, karya Sibawaihi dari kelompok linguistik Basra. 
5)      Ferdinand De Sauussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Masa antara lahirnya Linguistik Modern dengan masa berakhirnya zaman Renainsans ada satu tonggak yang sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Sir William Jones dari East India Company dihadapan The Royal Asiatic Society diKalkuta pada tahun 1786. Pernyataan Sir William Jones itu telah membuka babak baru sejarah Linguistik, yakni dengan berkembangnya Studi Linguistik bandingan atau Linguistik Historis,Komparatif, serta Studi mengenai hakikat bahasa secara Linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani Kuno.
Bila kita simpulkan, pembicaraan mengenai Linguistik tradisional diatas, maka secara singkat dapat dikatakan,bahwa:
a)      Pada tata bahasa Tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada bahasa tulisan.
b)      Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain,  terutama bahasa Latin.
c)      Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara Prespiktif, yakni benar atau salah.
d)      Persoalan kebahasaan sering kali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
e)      Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderang untuk selalu dipertahankan.
Dari butir-butir kesimpulan itu jelas bahwa konsep dan pegangan tata bahasa Tradisional terhadap bahasa tidak sama dengan konsep menurut Linguistik Modern.



DAFTAR PUSTAKA


Abdul Chaer,Linguistik Umum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2011)
Cet.ke-4
Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum, Dr.Abdullah, MA.Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern). (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Yakarta,2010).Cet. ke-1.


0 comments:

Post a Comment